banner 1000x130 **************************************** banner 1000x130
Berita  

Sambut Nataru Desa Penglipuran Hadirkan Atraksi Budaya dan Terus Berinovasi Dalam Praktik Pariwisata Regeneratif

banner 2500x130 banner 2500x130 banner 1000x130

Bangli |Nusantara Jaya News – Desa Wisata Penglipuran yang terletak di Kecamatan Kubu, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, sudah tak asing lagi di pendengaran para wisatawan Mancanegara maupun wisatawan Domestik. Ibarat kata, Jika belum ke desa Penglipuran maka belum mengenal Adat istiadat dan Budaya Bali.

Desa Penglipuran, tak pernah tergerus jaman. Hingga kini desa yang dinobatkan sebagai desa terbersih, masih menjaga adat istiadat dan tradisi budaya Bali, dimana bangunan rumah-rumah di Desa tersebut berdiri sejajar dengan keunikan, seluruh atap rumah di Desa Penglipuran menggunakan alang-alang. Tak hanya bangunan tempat tinggal, pakaian dan bahasa sehari-hari pun tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak sirna.

banner 300x250

Di desa Penglipuran terdapat 77 pekarangan dan setiap pekarangan terdiri dari dua rumah adat, dapur tradisional dan balai sakenem (tempat upacara) serta tempat suci bernama Sanggah.

Berbagai penghargaan telah diterima desa Penglipuran, antara lain Juara I Cipta Award 2013, Desa Wisata Juara II Tingkat Nasional 2014, Desa Wisata Standar ASEAN 2017, Juara I Homestay tingkat Provinsi, Standar Homestay Asia, Green Destination Sustainable 2019 serta penghargaan Non Tourism sebagai Kampung Iklim

Di era modernisasi zaman sekarang, desa wisata Penglipuran tak kehilangan daya magisnya, bahkan justru menjadi salah satu destinasi yang paling dicari para wisatawan. Selain keunikan rumah disana, juga terdapat desa bambu atau hutan bambu yang luas nya mencapai kurang lebih 100 hektar.

Menariknya lagi di desa Penglipuran, ada desa yang bernama Karang Memadu, dimana warga yang berpoligami akan di kesepekang (diasingkan) dan tinggal di desa Karang Memadu yang terletak di batas desa penglipuran.

Penglipuran telah menjadi contoh desa wisata menuju regeneratif di Bali yang berhasil menerapkan pariwisata berkelanjutan. Melalui pelestarian hutan bambu, dan pelibatan masyarakat dalam setiap aspek pengembangan, desa ini tidak hanya menjaga warisan budaya tapi juga aktif memperbarui sumber daya alam dan sosialnya. Setiap kunjungan wisata diarahkan memberikan dampak positif yang berkesinambungan bagi lingkungan dan komunitas lokal.

Kesuksesan desa Penglipuran berakar pada penerapan filosofi Tri Hita Karana yang menyeimbangkan hubungan spiritual,sosial, dan alam. Keterlibatan seluruh masyarakat menciptakan model pariwisata yang otentik dan inklusif, menghasilkan lingkungan yang asri, ekonomi yang mandiri, serta budaya yang tetap terjaga. Desa ini menjadi inspirasi bagi pengembangan pariwisata regeneratif di Indonesia.

Menyambut Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 desa Penglipuran seperti biasa mengadakan berbagai kegiatan dengan rangkaian atraksi budaya yang dikemas lebih hangat, hijau, dan bermakna.

Selain menghadirkan hiburan akhir tahun, seluruh program dirancang untuk memperkuat
komitmen desa dalam menjaga lingkungan, melestarikan budaya, serta menguatkan
peran masyarakat lokal sebagai pelaku utama pariwisata.

General Manager Desa Wisata Penglipuran, I Wayan Sumiarsa, menyampaikan bahwa persiapan dilakukan secara menyeluruh agar wisatawan dapat menikmati liburan akhir tahun dalam suasana yang aman, nyaman, dan penuh nuansa budaya Bali.

“Akhir tahun selalu menjadi momen yang ditunggu wisatawan. Tahun ini kami tidak hanya menambah atraksi, tetapi juga memperkuat pesan bahwa setiap kunjungan ke Penglipuran ikut berkontribusi pada pelestarian alam,budaya, dan kesejahteraan warga,” ujarnya.

Dari Pariwisata Berkelanjutan menuju Pariwisata Regeneratif Penglipuran kini bergerak lebih jauh, dari sekadar pariwisata berkelanjutan (sustainable) menuju pariwisata regeneratif, yaitu model pariwisata yang bukan hanya meminimalkan dampak negatif, tetapi secara aktif memperbaiki kualitas lingkungan, sosial, dan budaya desa.

Berbagai penelitian mencatat bahwa pengelolaan Penglipuran bertumpu pada community-based tourism dengan desa adat dan masyarakat sebagai pengambil keputusan utama, sehingga manfaat ekonomi, sosial dan budaya dapat dirasakan lebih merata oleh warga.

Untuk menyambut Natal dan Tahun Baru, Desa Wisata Penglipuran menghadirkan rangkaian acara utama sebagai berikut,
1. Parade Budaya Barong Macan – 27 Desember 2025 Parade Barong Macan akan menjadi pembuka perayaan akhir tahun di Penglipuran.
Sedikitnya 15 Barong Macan akan melintasi jalur utama desa, diiringi tabuh gamelan dan penabuh muda dari banjar-banjar setempat.

Parade ini diselenggarakan oleh Pengelola Desa Wisata berkolaborasi dengan Yowana Putra Yudha Penglipuran (komunitas muda-mudi). Selain menjadi tontonan yang atraktif bagi wisatawan, parade ini juga menjadi bentuk regenerasi pelestarian seni, di mana generasi muda terlibat langsung sebagai penari, penabuh, hingga tim produksi.

2. Pertunjukan Barong Macan “Tetantria Macan Gading” – 28 Desember 2025 s.d. 1 Januari 2026. Setiap hari, mulai 28 Desember 2025 hingga 1 Januari 2026, Penglipuran akan
menampilkan pertunjukan dramatik “Tetantria Macan Gading”. Pementasan ini memadukan seni tari, musik tradisional, dan teatrikal, yang merangkai pesan tentang keberanian, kebersamaan, dan harmoni antara manusia dengan alam. Dipentaskan oleh Yowana Putra Yudha, pertunjukan ini menjadi ruang ekspresi kreatif generasi muda desa sekaligus medium edukasi bagi wisatawan tentang nilai-nilai kearifan lokal Penglipuran.

3. Dekorasi Tematik Akhir Tahun dengan Estetika Bambu Penglipuran identik dengan bambu, mulai dari hutan bambu yang mengelilingi desa hingga pemanfaatannya sebagai bahan bangunan dan kerajinan lokal. Menjelang Natal dan Tahun Baru, desa akan dihiasi dekorasi tematik yang memanfaatkan bambu dan bahan alami lain, selaras dengan karakter Penglipuran sebagai desa wisata berbasis budaya dan lingkungan. Penggunaan bambu menggantikan banyak dekorasi
berbahan plastik sekali pakai, sehingga mengurangi timbulan sampah sekaligus
memperkuat pesan pariwisata regeneratif: perayaan meriah yang tetap rendah jejak
ekologisnya.

4. Program Spesial Bamboo Café: Kuliner Lokal dan Musik Akustik Bamboo Café, yang berada di tengah hutan bambu, menghadirkan menu spesial Natal dan Tahun Baru dengan menonjolkan bahan lokal, kuliner tradisional, serta minuman khas seperti loloh cemcem dan aneka sajian rumahan yang ramah lingkungan. Untuk melengkapi suasana, Bamboo Café juga menyuguhkan musik akustik dengan nuansa
intim dan hangat. Perpaduan suara musik, udara sejuk, dan latar hutan bambu menghadirkan pengalaman liburan yang tenang, romantis, dan cocok bagi keluarga maupun pasangan yang ingin menyambut pergantian tahun dengan cara yang lebih reflektif.

5. Pengaturan Kunjungan dan Fasilitas Wisata yang Lebih Tertib mengantisipasi peningkatan jumlah wisatawan akhir tahun, Pengelola Desa Wisata Penglipuran menyiapkan berbagai langkah untuk menjaga arus kunjungan tetap tertib dan nyaman, antara lain:
• Penambahan petugas layanan wisata dan pengamanan di area desa.
• Pengaturan parkir dan jalur keluar–masuk untuk mengurangi kemacetan dan
kepadatan di kawasan inti.
• Penempatan titik informasi wisata dan papan edukasi mengenai tata tertib, daya
dukung, serta prinsip-prinsip wisata hijau yang diterapkan di desa.

Langkah-langkah ini sejalan dengan rekomendasi kajian terbaru mengenai
pengelolaan overtourism dan daya dukung destinasi, sehingga kualitas kunjungan
tetap terjaga sekaligus melindungi kualitas hidup warga.

Mengundang Wisatawan Menjadi “Tamu sekaligus mitra” Regenerasi Desa Tren eco-travel dan wisata hijau terus tumbuh di Indonesia. Banyak wisatawan kini mencari pengalaman yang lebih bermakna, ingin terhubung dengan alam dan komunitas lokal, bukan sekadar berlibur secara massal.

Penglipuran menjadi salah satu rujukan utama tren tersebut, karena wisatawan dapat melihat langsung bagaimana masyarakat hidup selaras dengan alam dan adat.

“Kami mengundang wisatawan dari seluruh
Indonesia dan mancanegara untuk merayakan Natal dan Tahun Baru di Desa Wisata
Penglipuran. Datanglah bukan hanya untuk berfoto, tetapi juga untuk ikut menjaga
kebersihan, menghormati adat, membeli produk UMKM lokal, dan menjadi bagian dari
gerakan pariwisata regeneratif. Bersama-sama, kita bisa memastikan bahwa desa ini tetap lestari dan semakin kuat untuk generasi mendatang,”imbuh Sumiarsa.

Ia berharap rangkaian kegiatan akhir tahun ini tidak hanya membawa sukacita bagi wisatawan, tetapi juga menghadirkan dampak positif yang nyata bagi alam, budaya, dan masyarakat desa, sejalan dengan status Penglipuran sebagai desa wisata berkelas dunia yang terus berinovasi dalam praktik pariwisata regeneratif.(tik).

banner 1000x130
banner 1000x130 banner 2500x130