Gresik, Nusantara Jaya News – Smelter tembaga baru PT Freeport Indonesia (PTFI) di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik telah resmi beroperasi pada Kamis (27/6/2024) kemarin.
Peresmian pengoperasian tersebut dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Bobby Soemiarsono, Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani, Plt Dirjen Minerba Kementerian ESDM Bambang Suswantono, dan Presiden Direktur PTFI Tony Wenas. Acara tersebut ditandai dengan penekanan tombol sirine dan penandatanganan prasasti.
Pada kesempatan tersebut, Pj. Sekdaprov Jatim Bobby Soemiarsono optimis pengoperasian Smelter PTFI akan mempercepat pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Keberadaan smelter ini memberikan efek berganda, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat.
“Alhamdulillah, pembangunan Smelter PT Freeport ini telah selesai tepat waktu dan telah bisa beroperasi secara resmi. Kami yakin ini akan mampu mendongkrak pertumbuhan perekonomian, khususnya di Jawa Timur,” terang Bobby dalam keterangan tertulis diterima oleh redaksi Jumat, (28/6/2024).
Bobby menjelaskan, dari sisi lapangan pekerjaan, pembangunan smelter telah menyerap hingga 40 ribu tenaga kerja, dengan 70% di antaranya berasal dari Jawa Timur. Sedangkan untuk tenaga kerja produksi, dibutuhkan 1.400 orang yang sebagian besar juga akan diprioritaskan dari Jawa Timur.
“Untuk kebutuhan air Smelter PTFI, disuplai oleh SPAM Umbulan melalui PDAM Gresik,” tambahnya.
Dari sisi pertambangan daerah, lanjut Bobby, untuk mendukung beroperasinya Pabrik Smelter PTFI akan membutuhkan bahan baku Mineral Bukan Logam dan Batuan (MBLB), yaitu batu gamping, dolomit, dan pasir kuarsa. Potensi bahan baku ini sangat besar di wilayah Kabupaten Gresik, Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro.
Dengan kapasitas 3 juta ton per tahun, smelter PTFI dan PT Smelting membutuhkan ratusan ribu hingga jutaan ton MBLB per tahun, yang akan meningkatkan penerimaan pajak MBLB daerah kabupaten/kota serta opsen pajak daerah provinsi.
“Kemudian, dengan tingginya kebutuhan air bawah tanah dan air permukaan untuk proses produksi dan operasional industri smelter, tentu pajak air permukaan dan air tanah meningkat,” jelasnya.
Selain itu, dari segi UMKM, Bobby menyebutkan bahwa perputaran ekonomi di dalamnya akan besar, baik selama proses pembangunan smelter maupun saat telah beroperasi.
“Kami ingin setiap pembangunan di Jawa Timur berdampak langsung kepada masyarakat. Pemerintah telah berupaya membuka peluang, pemda dan masyarakat juga harus merespons itu secara positif,” tegas Pj. Sekdaprov Bobby.
“Yang terpenting, pengusahaan pertambangan di Jawa Timur akan mampu meningkatkan investasi dan perekonomian kerakyatan, juga penambahan tenaga kerja sektor pertambangan,” pungkasnya.
Sementara itu, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa kebutuhan copper atau tembaga akan semakin meningkat karena revolusi perkembangan kemajuan teknologi.
“Ini waktunya sangat tepat, karena saat ini energi baru terbarukan menjadi tren. Renewable energy membutuhkan komponen utama, salah satunya tembaga. Semua baterai butuh copper, semua kabel perlu copper, jadi ini sangat tepat,” ungkapnya.
Ia pun berharap kawasan industri Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terus berkembang dan merata di seluruh pelosok negeri, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan meratakan pembangunan di Indonesia.
“Kita sudah punya 22 KEK, dan kita berharap semuanya bisa berkembang seperti model di JIIPE ini,” tambahnya.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia juga berharap keberadaan smelter dapat berkolaborasi dengan ekosistem daerah sehingga bisa berkembang dan menguntungkan berbagai pihak.
“Kalau mau smelter ini berjalan baik, libatkan daerah, libatkan pengusaha daerah, kalau tidak ini berbahaya. Alhamdulillah di Smelter Gresik ini UMKM terlibat aktif, jadi tidak ada gejolak,” katanya.
Bahlil menambahkan, ke depannya pihaknya akan mendorong pembangunan smelter-smelter lain sehingga pemerataan pembangunan dan kesejahteraan bisa merata di berbagai daerah.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menjelaskan bahwa Smelter PTFI dirancang dengan kapasitas pemurnian 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Bersama dengan smelter yang dioperasikan PT Smelting, keduanya akan memurnikan 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun dengan produksi sekitar 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 200 ton perak per tahun.
“Smelter PTFI diproyeksikan dapat memenuhi kebutuhan konsentrat tembaga, gipsum, asam sulfat, maupun lumpur anoda sebagai bahan baku industri otomotif, pabrik air conditioner, konstruksi instalasi listrik, hingga pengembangan mobil listrik,” urainya.
Tony menambahkan, hingga akhir Mei 2024, investasi PTFI untuk pembangunan smelter tembaga single line dengan desain terbesar di dunia ini telah mencapai 3,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp58 triliun.