Oleh; Putri Novita Sari Hutagalung
“Menjelajahi Gurun Kata”: Gurun sering kali dikaitkan dengan tempat yang tandus, kering, dan kosong. Dalam konteks ini, “Gurun Kata” menggambarkan dunia tanpa literasi sebagai tempat yang kekurangan pengetahuan, inspirasi, dan kreativitas.
Kata-kata, yang seharusnya menjadi sumber kehidupan intelektual, telah menghilang, meninggalkan kekosongan dan kemandulan.”Dekadensi Peradaban”: Dekadensi merujuk pada kemerosotan, keruntuhan, dan penurunan kualitas. Dalam konteks ini, “Dekadensi Peradaban” menunjukkan bahwa hilangnya literasi akan menyebabkan kemerosotan dan runtuhnya peradaban secara keseluruhan.
Hilangnya literasi merupakan ancaman serius bagi kemajuan dan kelangsungan hidup peradaban. Meskipun tampak sederhana, kemampuan membaca dan menulis memiliki dampak yang luas dan mendalam terhadap perkembangan masyarakat.
Berikut beberapa cara hilangnya literasi dapat menyebabkan “Dekadensi Peradaban”
Kemerosotan Pengetahuan dan Inovasi:
– Literasi adalah kunci untuk mengakses, memahami, dan menyebarkan pengetahuan. Tanpa literasi, masyarakat akan kesulitan untuk belajar dari masa lalu, memahami dunia di sekitar mereka, dan mengembangkan solusi untuk masalah yang mereka hadapi.
Kemajuan ilmiah, teknologi, dan seni bergantung pada kemampuan untuk membaca, menulis, dan mencatat penemuan. Hilangnya literasi akan menghambat proses inovasi dan perkembangan peradaban.
Menurunnya Kemampuan Berpikir Kritis:
– Literasi mendorong kemampuan berpikir kritis, menganalisis informasi, dan membentuk opini yang rasional. Tanpa literasi, individu akan lebih mudah terpengaruh oleh propaganda, informasi menyesatkan, dan pemikiran dangkal.
Masyarakat yang tidak memiliki literasi akan lebih mudah dimanipulasi dan diperdaya, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial dan politik.
Kehilangan Warisan Budaya dan Sejarah:
– Literasi memungkinkan kita untuk mencatat, melestarikan, dan menyebarkan warisan budaya dan sejarah. Tanpa literasi, pengetahuan tentang masa lalu akan hilang, dan generasi mendatang akan kehilangan pemahaman tentang akar dan identitas mereka.
Hilangnya literasi dapat menyebabkan hilangnya bahasa, tradisi, dan nilai-nilai budaya yang berharga, yang merupakan bagian penting dari identitas suatu peradaban.
Menurunnya Kualitas Kehidupan:
– Literasi memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup individu dan masyarakat. Kemampuan membaca dan menulis memungkinkan akses ke informasi tentang kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan. [5]
– Hilangnya literasi akan menyebabkan kemiskinan, ketidaksetaraan, dan kurangnya kesempatan, yang pada akhirnya akan menghambat kemajuan peradaban.
Hilangnya literasi bukan hanya kehilangan kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis, berinovasi, dan membangun peradaban yang maju. Literasi adalah pondasi yang kokoh bagi kemajuan dan kelangsungan hidup peradaban. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan literasi dan menjaga kelestariannya sangatlah penting untuk masa depan peradaban manusia.
Hilangnya literasi memiliki dampak negatif yang luas dan merugikan, tidak hanya pada peradaban secara keseluruhan, tetapi juga pada individu dan masyarakat.
Selain “Dekadensi Peradaban”, berikut beberapa dampak negatif lain yang bisa terjadi:
Kemiskinan dan Ketidaksetaraan:
– Literasi adalah kunci untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan meningkatkan taraf hidup. Tanpa literasi, individu akan kesulitan untuk mengakses informasi tentang peluang kerja, mengikuti pelatihan, dan meningkatkan keterampilan mereka
Hilangnya literasi dapat menyebabkan kemiskinan, ketidaksetaraan, dan kurangnya kesempatan, yang pada akhirnya akan menghambat kemajuan ekonomi dan sosial.
Meningkatnya Kriminalitas dan Kekerasan:
– Literasi membantu individu untuk memahami hukum, hak asasi manusia, dan nilai-nilai moral. Tanpa literasi, individu akan lebih mudah terlibat dalam perilaku kriminal dan kekerasan.
Meningkatnya kriminalitas dan kekerasan akan menyebabkan ketidakstabilan sosial dan mengancam keamanan masyarakat.
Menurunnya Kualitas Kesehatan:
Literasi kesehatan memungkinkan individu untuk memahami informasi tentang kesehatan, penyakit, dan pengobatan. Tanpa literasi, individu akan kesulitan untuk menjaga kesehatan mereka dan mendapatkan perawatan yang tepat.
Hilangnya literasi kesehatan dapat menyebabkan penyebaran penyakit, peningkatan angka kematian, dan penurunan kualitas hidup.
Meningkatnya Penggunaan
Teknologi yang Tidak Bertanggung Jawab:
Literasi digital memungkinkan individu untuk menggunakan teknologi secara bertanggung jawab, aman, dan produktif. Tanpa literasi digital, individu akan lebih mudah terpapar konten yang tidak pantas, terjebak dalam penipuan online, atau menjadi korban kejahatan siber.
Meningkatnya penggunaan teknologi yang tidak bertanggung jawab akan mengancam privasi, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat.
Tanpa kemampuan untuk berpikir kritis, berdiskusi, dan mencatat pengetahuan, masyarakat akan kehilangan arah dan tujuannya.
Kita menyadari bahwa peradaban akan selalu berkembang dan mengalami perubahan dalam pelbagai aspek. Tidak tertinggal yang selalu terlibat dalam berbagai urusan kehidupan umat manusia adalah kemajuan teknologi.
Dewasa ini semua kebutuhan manusia baik secara individu maupun kolektif sangat membutuhkan keterlibatan teknologi. Bahkan istilah “Era Digitalisasi” dalam kamus zaman menjadi indikasi bahwa seiring berjalannya waktu akan terus terjadi perkembangan teknologi dan penerapan digitalisasi dalam berbagai macam aktifitas manusia.
Hal tersebut tentu berkaitan dengan kesiapan manusia mengelola diri dalam memperoleh pengetahuan dan ilmu ilmu baru untuk bisa bertahan menghadapi arus zaman.
Seluruh fenomena yang akan terjadi serta berbagai macam problema kemajuan zaman tidak dapat dihadapi dengan kepasrahan.
Manusia harus menempa diri untuk terus memperbaharui pola pikir dan kematangan ilmu sebagai bekal bertahan hidup. Sumber yang tidak bisa lenyap dalam peradaban adalah ilmu pengetahuan yang berasal dari tradisi membaca dan menulis atau singkatnya “Budaya Literasi”.
Sekalipun dalam fakta dunia angka penggiat literasi di banyak negara masih di bawah 80%, sedikit banyaknya literasi lah yang menghidupkan peradaban.
Literasi lah yang menjadi penyelamat ketertindasan suatu bangsa.Karena dengan angka sekecil apapun,penggiat literasi akan menjadi salah satu sosok yang tersadar dan terdorong melibatkan diri untuk memajukan peradaban, inilah yang menjadi sumbu tersebarnya ilmu pengetahuan hingga meluas ke berbagai lapisan masyarakat.
Bagaimana bisa tanpa Literasi peradaban akan mati
Manusia merupakan hasil kreasi sang pencipta dengan komponen sempurna. la memiliki akal dan nafsu yang menjadikannya mampu bergerak dinamis selain mengandalkan insting bertahan hidup seperti hewan.
Kedua komponen tersebutlah yang selalu membutuhkan pasokan pengetahuan untuk terus bisa bergerak maju, mengendalikan diri, mengatasi banyak problem kehidupan. Sumber yang tidak henti hentinya mengalirkan pasokan nutrisi bagi manusia adalah budaya literasi. Tanpa adanya kebiasaan literasi, tidak akan ada sistematika pengetahuan yang akan terus dibagi.
Tidak ada hal hal yang dapat diperbaharui dengan konsep yang luas dan tertata bagi peradaban manusia. Tidak ada ide ide cemerlang yang terus menular, merebak, bahkan menjamur ke berbagai,lapisan masyarakat. Inilah yang justru diharapkan agar manusia mampu berkembang.
Bangsa menjadi lebih cerdas. Dan generasi manusia yang lahir dapat terus menjadi kokoh dan mengokohkan serta pembangunan peradaban akan terus bergerak.Tokoh tokoh bangsa yang berpengaruh sepanjang sejarah merupakan para sosok yang giat dalam literasi.
Bahkan mereka menganggap membaca adalah napas, dengan membaca mereka mampu memompa oksigen dan udara segar bagi akal dan jiwa mereka dan mereka salurkan gagasan gagasan luar biasa mereka dengan menulis di berbagai media massa untuk dapat mempengaruhi dunia.
Kita mengenal sosok IR. Sukarno, dengan kisahnya yang bahkan mampu tetap membaca dan menulis dalam keadaan di balik jeruji besi. Buya Hamka yang tak henti.
Kita mengenal sosok IR. Sukarno, dengan kisahnya yang bahkan mampu tetap membaca dan menulis dalam keadaan di balik jeruji besi. Buya Hamka yang tak henti menyuarakan penentangan penentangan masa penjajahan Jepang serta berbagai Roman yang tidak kalah indah mengguyur hati banyak pembaca dan mengantarkan banyak pesan. RA.
Kartini yang membagi keresahan keresahan dan ide cemerlangnya dengan menulis surat pada sahabat penanya hingga terbentuk utuh menjadi sebuah buku dengan judul ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’. Ini bukan sedikit bukti yang menekankan bahwa literasi adalah lampu bagi peradaban dimana fase fase yang dilalui manusia dapat tertolong melalui pengetahuan.
Dalam sejarah dunia, kita mungkin pernah menemukan fakta bahwa barat mengalami abad kegelapan. Istilah tersebut merupakan Dalam sejarah dunia, kita mungkin pernah menemukan fakta bahwa barat mengalami abad kegelapan.
Istilah tersebut merupakan gambaran bahwa bangsa barat mengalami kematian sumber pengetahuan yang nyata disamping peristiwa yang memilukan terkait agama dan kemanusiaan. Ini menjadi hantu yang menakutkan sepanjang sejarah umat manusia.
Bagaimana bisa? Wilayah Eropa bukanlah wilayah yang kecil tanpa penduduk. Berapa banyak orang yang tidak mampu bernapas lega dan menjadi buta intelektual akibat masa tersebut? Ini menjadi tanda bahwa ilmu pengetahuan harus terus mengalir.
Tidak boleh terbendung apalagi terhenti. Dengan adanya literasi, kepentingan tersebut bagi umat manusia akan terus tersedia. Bahkan untuk segala aspek seperti sosial, ekonomi, keagamaan, dll.
Tanpa adanya literasi, bangsa akan terus mengalami dekadensi. Alasan yang terdekat bagi kita adalah “minimnya pengetahuan masyarakat”.
Hal ini akan terus menjadi PR bagi umat manusia sepanjang sejarah dunia, sebuah esai atau artikel yang menganalisis kondisi literasi saat ini dan bagaimana kondisi tersebut mencerminkan kemunduran peradaban.,”Bagaimana kematian Literasi Dekadensi Peradaban” merupakan pertanyaan yang kompleks dan mengundang banyak pemikiran.Proses:
Bagaimana dekandensi peradaban menyertai proses tersebut
Penurunan Minat Baca Masyarakat semakin kehilangan minat membaca, dipengaruhi oleh kecepatan informasi, akses internet, dan hiburan yang mudah didapat.Kurangnya Akses Keterbatasan akses terhadap buku, perpustakaan, dan materi bacaan lainnya juga menjadi faktor penurunan literasi.
Perubahan Kebiasaan Masyarakat semakin terbiasa mendapatkan informasi melalui media visual dan audio daripada membaca teks.
Kesenjangan Digital Akses internet yang tidak merata membuat kesenjangan literasi digital semakin besar dampak dari kematian literasi terhadap peradaban
Penurunan Kualitas Berpikir: Kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif menurun akibat kurangnya latihan membaca dan menulis.
Kesenjangan Sosial: Masyarakat terpecah menjadi kelompok yang literasi dan kelompok yang tidak literasi, menimbulkan kesenjangan sosial dan ekonomi.
Kemunduran Peradaban: Hilangnya literasi mengakibatkan kemunduran dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, politik, dan budaya.
Mencegah kematian literasi dan dekandensi peradaban
Meningkatkan Akses Literasi: Memperluas akses terhadap buku, perpustakaan, dan materi bacaan lainnya.
Mendorong Budaya Membaca: Menciptakan budaya membaca di masyarakat melalui program literasi dan kampanye literasi.
Memperkuat Pendidikan: Meningkatkan kualitas pendidikan dan menekankan pentingnya literasi dalam proses belajar mengajar.
Mengembangkan Literasi Digital: Membekali masyarakat dengan keterampilan literasi digital untuk mengakses informasi secara kritis dan bertanggung jawab.
Literasi: Jendela Menuju Pengetahuan dan Kebijaksanaan Literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis.
Ia adalah kunci untuk membuka gerbang pengetahuan, menjelajahi dunia ide, dan mengembangkan pemikiran kritis.
Melalui literasi, manusia mampu,Menyerap informasi Membaca buku, artikel, dan berbagai bentuk teks memungkinkan manusia untuk menyerap informasi baru, memperluas wawasan, dan memahami dunia di sekitarnya.
Mengembangkan pemikiran kritis Literasi mendorong manusia untuk menganalisis informasi, mengevaluasi argumen, dan membentuk opini yang rasional.
Menumbuhkan empati Membaca cerita dan karya sastra membantu manusia untuk memahami perspektif orang lain, menumbuhkan empati, dan membangun toleransi.
Meningkatkan kemampuan komunikasi Literasi yang baik memungkinkan manusia untuk mengekspresikan ide dan pikiran dengan jelas, baik secara lisan maupun tertulis.
Tanda-Tanda Kematian Literasi Kematian literasi tidak terjadi secara tiba-tiba. Ia muncul secara perlahan, diiringi oleh berbagai tanda yang mengkhawatirkan Menurunnya minat baca: Banyak orang, terutama generasi muda, semakin enggan membaca buku dan lebih memilih hiburan instan seperti menonton video atau bermain game.
Ketergantungan pada teknologi Teknologi telah memudahkan akses informasi, namun juga membuat manusia semakin bergantung pada perangkat elektronik dan mengurangi kemampuan berpikir kritis.
Menyelamatkan Literasi,Upaya Membangkitkan Kembali Peradaban Menyelamatkan literasi merupakan tanggung jawab bersama. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan Membudayakan membaca Membangun budaya membaca di masyarakat, baik di keluarga, sekolah, maupun tempat umum.
Meningkatkan kualitas pendidikan Memperbaiki sistem pendidikan agar lebih menekankan pada pengembangan kemampuan literasi, berpikir kritis, dan kreativitas.
Memanfaatkan teknologi: Memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan minat baca dan akses terhadap informasi, misalnya melalui aplikasi membaca digital, platform pembelajaran daring, dan media sosial edukatif.
Kematian literasi merupakan ancaman serius bagi peradaban manusia. Kita perlu menyadari bahaya ini dan bertindak untuk menyelamatkan literasi.
Dengan membudayakan membaca, meningkatkan kualitas pendidikan, dan memanfaatkan teknologi secara bijaksana, kita dapat membangun kembali peradaban yang cerdas, berbudaya, dan berwawasan luas.
Tokoh-Tokoh Pencerahan , Immanuel Kant (1724-1804) Filsuf Jerman ini, melalui tulisannya, mengajak masyarakat untuk berpikir kritis dan merdeka dari dogma agama dan otoritas tradisional.
Ide-idenya menjadi dasar bagi gerakan Pencerahan yang memicu revolusi intelektual dan sosial di Eropa,John Locke (1632-1704) Filsuf Inggris ini, melalui karyanya “Two Treatises of Government,” menegaskan hak-hak alami manusia dan menentang kekuasaan absolut.
Ide-idenya berpengaruh besar terhadap revolusi Amerika dan gerakan demokrasi di seluruh dunia.Literasi telah menjadi kekuatan yang membentuk peradaban manusia.
Tokoh-tokoh dan peristiwa bersejarah yang disebutkan di atas menunjukkan bagaimana literasi telah memicu revolusi intelektual, gerakan sosial, dan kemajuan ilmiah.
Literasi tetap menjadi kunci untuk membangun masyarakat yang cerdas, demokratis, dan berbudaya.Di tengah gemerlap teknologi dan arus informasi yang deras, sebuah bayang-bayang mengerikan mulai menyelimuti peradaban manusia: kematian literasi.
Kemampuan membaca, memahami, dan menafsirkan teks, yang selama ini menjadi fondasi kemajuan dan kecerdasan kolektif, perlahan terkikis.
Dekadensi peradaban pun mengancam, menghancurkan fondasi kemajuan dan kecerdasan kolektif.Kita hidup di era di mana informasi tersedia dengan mudah, bahkan terlalu mudah.
Layar smartphone dan komputer menjadi jendela utama kita untuk mengakses dunia. Namun, di balik kemudahan ini, tersembunyi bahaya laten: hilangnya kemampuan berpikir kritis, menganalisis informasi, dan menafsirkan makna di balik teks.
Tanda-tanda kematian literasi sudah mulai terlihat di mana-mana. Minat membaca buku semakin menipis, terutama di kalangan generasi muda. Hiburan instan seperti menonton video dan bermain game lebih menarik perhatian mereka.
Media sosial, yang seharusnya menjadi platform untuk berbagi informasi dan ide, justru menjadi sumber hoaks dan informasi yang tidak terverifikasi. Ketergantungan pada teknologi membuat kita semakin malas berpikir, mencari jawaban instan, dan kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis.
Dampak kematian literasi terhadap peradaban manusia sungguh mengerikan.
Tanpa kemampuan membaca dan memahami teks, kita akan kehilangan kemampuan untuk menyerap pengetahuan: Buku dan teks menjadi jembatan untuk menghubungkan kita dengan pengetahuan dan pengalaman dari masa lampau.
Tanpa kemampuan membaca, kita akan terputus dari warisan intelektual dan budaya yang telah dibangun selama berabad-abad.
Mengembangkan pemikiran kritis: Literasi merupakan kunci untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, menganalisis informasi, dan membentuk opini yang rasional. Tanpa kemampuan ini, kita akan mudah terjebak dalam propaganda, hoaks, dan manipulasi
Membangun empati dan toleransi: Membaca cerita dan karya sastra membantu kita untuk memahami perspektif orang lain, menumbuhkan empati, dan membangun toleransi. Tanpa kemampuan ini, masyarakat akan terpecah belah, dipenuhi oleh kebencian, dan konflik.
Berpartisipasi dalam demokrasi: Literasi merupakan pondasi demokrasi. Tanpa kemampuan membaca dan memahami informasi politik, kita akan kesulitan untuk mengevaluasi calon pemimpin, berpartisipasi dalam proses demokrasi, dan menjaga hak-hak kita.
Kematian literasi bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah kolektif. Ia mengancam fondasi peradaban kita, menghancurkan kemampuan kita untuk berpikir kritis, berinovasi, dan membangun masa depan yang lebih baik.Kita perlu bertindak sebelum terlambat.
Membudayakan membaca, meningkatkan kualitas pendidikan, dan memanfaatkan teknologi secara bijaksana merupakan langkah-langkah penting untuk menyelamatkan literasi.
Kita harus menanamkan kecintaan membaca pada generasi muda, mengajarkan mereka untuk berpikir kritis, dan mendorong mereka untuk menjadi warga negara yang cerdas dan berbudaya.Kematian literasi adalah ancaman nyata bagi peradaban manusia. Mari kita bersama-sama melawannya dan membangun kembali peradaban yang cerdas, berbudaya, dan berwawasan luas.
Penulis Opini ini seorang Mahasiswa Universitas Negeri Medan