banner 1000x130 **************************************** banner 1000x130

Pertanian Presisi: Kunci Mengurangi Kerugian Pasca Panen di Indonesia

banner 2500x130 banner 2500x130 banner 1000x130

Oleh: Mohamad Alif Alfarisi

Kerugian setelah panen masih tetap menjadi salah satu masalah besar di sektor pertanian di Indonesia. Berdasarkan hasil statistik menunjukkan bahwa selama proses penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi, berkisar antara 20% hingga 50% hasil pertanian bisa rusak. Kerugian ini tidak hanya berdampak pada pendapatan para petani, tetapi juga mengancam ketahanan pangan di negara ini. Dalam situasi tersebut, menurut Kementerian Pertanian (2022), solusi yang diusulkan untuk mengatasi permasalahan ini adalah penerapan pertanian modern berbasis smart farming, salah satunya melalui implementasi pertanian presisi.

banner 300x250

Pertanian presisi merujuk pada pendekatan yang menggunakan teknologi seperti GPS, sensor, dan analisis data untuk mengumpulkan informasi dengan tepat tentang keadaan tanah, tanaman, dan hewan. Dengan teknologi ini, petani dapat merencanakan serta mengatur penggunaan air, pupuk, pestisida, dan sumber daya lainnya secara efisien. Dengan menggunakan informasi yang dikumpulkan dengan teknologi yang canggih mengenai keadaan tanah, kelembaban, nutrisi, serta kesehatan tanaman, diharapkan para petani bisa mengoptimalkan penggunaan air, pupuk, dan pestisida. Rancangan ini akan membantu mengurangi biaya yang perlu dikeluarkan oleh petani serta dapat meningkatkan hasil panen.

Dikutip dari buku “Master Plan Pengembangan Pertanian Presisi”, Dalam praktiknya pertanian presisi dioperasionalkan dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan Internet of Things (IoT). Selain itu, pengembangan pertanian presisi memerlukan model bisnis yang menggambarkan keterpaduan seluruh kegiatan dari hulu hingga hilir yang terintegrasi dalam suatu korporasi petani. Pertanian presisi juga membuka peluang untuk penerapan sistem manajemen pascapanen yang lebih baik, termasuk pengawasan kualitas hasil panen secara digital serta pengaturan logistik yang lebih efisien. Dengan demikian, teknologi ini berpotensi besar untuk mengurangi angka kerugian yang selama ini menjadi kendala utama dalam rantai pascapanen pertanian di Indonesia. Selanjutnya, mari kita telaah lebih dalam mengenai peran konkret pertanian presisi dalam mengurangi kerugian pascapanen serta bagaimana teknologi ini dapat memberikan dampak positif bagi para petani dan ketahanan pangan nasional.

– *Pengawasan dan Perkiraan Hasil Pertanian*
Teknologi pertanian yang presisi memungkinkan pengukuran kematangan tanaman dengan tepat, seperti pada kelapa sawit yang memanfaatkan sensor induktif dengan akurasi mencapai 100% untuk menentukan waktu panen yang paling baik. Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam kolom Muhammad Achirul Nanda (2022), yang menjelaskan bahwa teknologi tersebut membantu petani menghindari panen yang terlalu dini atau terlambat sehingga dapat mengurangi kerugian pasca panen.

Selain itu, teknologi geospasial seperti Sistem Informasi Geografis (GIS), citra satelit, dan sensor IoT memungkinkan pemetaan kesuburan tanah dan pemantauan pertumbuhan tanaman secara real-time. Indeks vegetasi (NDVI) yang diperoleh dari citra satelit membantu mengukur kesehatan tanaman dan mendeteksi area yang rentan terhadap serangan hama atau penyakit lebih awal. Dengan data ini, petani dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dan cepat, sehingga mengurangi kerugian akibat panen yang tidak optimal.

– *Pengelolaan Sumber Daya yang Efisien*
Dengan informasi yang tepat, pemakaian air dan pupuk bisa disesuaikan untuk kebutuhan tanaman yang spesifik, yang membantu mengurangi pemborosan dan dampak buruk terhadap lingkungan. Salah satu komponen yang paling menentukan keberhasilan pertanian adalah sumber daya air. Fungsi air bagi pertanian secara umum adalah untuk mengairi tanaman, tanpa pengairan yang baik, tanaman yang diusahakan tidak akan menghasilkan hasil yang optimal. Salah satu solusi untuk menjawab permasalahan yaitu sistem irigasi pintar, merupakan penggabungan beberapa teknologi yang memungkinkan untuk mengatur penggunaan air secara efisien berdasarkan kebutuhan spesifik tanaman dan kondisi lingkungan.

Sistem irigasi presisi lainnya seperti irigasi tetes yang dikendalikan sensor mampu menghemat penggunaan air sekaligus mengurangi energi yang dibutuhkan untuk pengairan. Hal ini juga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dari sektor pertanian. Selain itu, teknologi pemindaian tanah yang memetakan kadar nutrisi dan pH tanah membantu petani dalam menerapkan strategi konservasi tanah dan rotasi tanaman yang berkelanjutan, menjaga kesuburan dan kualitas tanah jangka panjang.

– *Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Tepat Sasaran*
Teknologi seperti sensor, perangkat monitoring dan sistem peramalan hama dan penyakit tanaman. Teknologi ini memungkinkan petani untuk memprediksi serangan hama atau penyakit pada tanaman berdasarkan data cuaca, kondisi lingkungan, dan riwayat penyakit sebelumnya. Dengan informasi ini, petani dapat melakukan pencegahan dan pengendalian yang lebih baik dan akurat untuk melindungi tanaman mereka. Hal ini membantu mengurangi kerugian yang sering muncul dari serangan hama setelah masa panen.

Dampak ekonomi dan lingkungan jika permasalahan pasca panen tidak diatasi akan menyebabkan kerugian pasca panen yang tinggi. Kerugian pasca panen pada komoditas hortikultura di Indonesia mencapai tingkat yang cukup besar, yang tidak hanya merugikan petani secara ekonomi, tetapi juga berpotensi mengancam ketahanan pangan nasional. Jadi diharapkan dengan penerapan pertanian presisi, efisiensi penggunaan input produksi meningkat, hasil panen bertambah, dan kerugian pasca panen berkurang. Hal ini berdampak positif pada pendapatan petani dan ketersediaan pangan. Di samping itu, pertanian presisi juga membantu menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan bahan kimia dan air yang berlebihan, serta mengurangi limbah dari pertanian.

– *Infrastruktur dan Akses Teknologi*
Investasi atau modal awal untuk penerapan pertanian presisi tergolong cukup besar, untuk pembelian alat teknologi seperti Drone, sensor dan teknologi lainnya bagi para petani menengah ke bawah. Disamping itu sebagian besar tanah pertanian di Indonesia terdiri dari lahan kecil yang terpisah-pisah sehingga beban biaya operasional dan pemeliharaan teknologi modern tidak sebanding dengan upah yang diterima para petani. Dikutip dari laman Antaranews Hasil Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023, menyebutkan bahwa rata-rata pendapatan bersih petani skala kecil hanya Rp 5,23 juta per tahun sedangkan yang bukan skala kecil rata-rata Rp 22,98 juta per tahun. Selain itu, infrastruktur digital dan transportasi belum berkembang secara merata. Akibatnya, penggunaan teknologi canggih secara luas menjadi sulit.

– *Literasi dan Kemampuan Petani*
Pemahaman dan keterampilan petani terkait teknologi dan pertanian presisi masih berada pada tingkat yang rendah, disamping itu berdasarkan data sensus BPS 2023 petani milenial yang berusia kisaran 19-39 tahun hanya sekitar 21,93% dari jumlah petani yang ada di Indonesia. Sebab itu, pelatihan serta pendampingan yang intensif sangat dibutuhkan.

Selain itu, peran generasi muda, sangat penting dalam mendorong transformasi pertanian menuju era digital. Generasi ini memiliki keunggulan dalam penguasaan teknologi digital dan dapat menjadi motor penggerak adopsi pertanian presisi. Namun, tantangan utama adalah rendahnya minat generasi muda untuk berkarier di bidang pertanian serta keterbatasan akses pendidikan pertanian berkualitas. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta sangat dibutuhkan untuk menyediakan pelatihan, fasilitas teknologi, dan insentif yang dapat menarik minat mereka.

*Kesimpulan*
Untuk memodernisasi pertanian dengan pendekatan smart farming guna mengurangi kerugian pasca panen serta ketahanan pangan negara. kerja sama antara pemerintah Indonesia terutama Lembaga Kementerian Pertanian dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mengembangkan teknologi pascapanen yang dapat secara efektif mengurangi kerugian pangan serta memberikan akses teknologi dan pendampingan kepada para petani. Pertanian presisi akan menjadi salah satu kunci strategis dalam mengurangi kerugian pasca panen di Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi modern dipadukan dengan kecerdasan buatan, diharapkan petani dapat mengelola usaha tani secara lebih efisien dan tepat sasaran, sehingga input yang dikeluarkan dapat digunakan secara optimal serta hasil panen meningkat. Selain meningkatkan pendapatan petani, pertanian presisi juga mendukung ketahanan pangan nasional dan pelestarian lingkungan. Untuk mewujudkan potensi ini, diperlukan dukungan kuat dari pemerintah, investasi infrastruktur, peningkatan kapasitas petani, serta kolaborasi riset dan teknologi. Dengan langkah-langkah tersebut, pertanian presisi dapat menjadi fondasi utama pembangunan pertanian Indonesia yang maju, berkelanjutan, dan mampu bersaing.

Penulis: Mahasiswa S1 Jurusan Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

banner 1000x130
https://nusantarajayanews.id/wp-content/uploads/2025/05/IMG-20250528-WA0005-e1748427094351.jpg
banner 1000x130 banner 2500x130