****************************************
Medan |Nusantara Jaya News – Memasuki 80 tahun kemerdekaan Indonesia terdapat polemik agraria yang dialami masyarakat adat ditanah mereka sendiri. Jauh sebelum Indonesia merdeka masyarakat adat tano batak sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu.
PT. Toba Pulp Lestari (TPL) yang sebelumnya bernama PT. Inti Indorayon Pratama berdiri 26 April 1983, kemudian merubah nama menjadi PT. Toba Pulp Lestari (TPL) pada Tahun 2004. Konflik antara Masyarakat Adat Tano Batak Dengan PT. Toba Pulp Lestari adalah masalah yang kompleks dan masih berkepanjangan hingga saat ini.
Chrisye Sitorus Korwil I GMKI Sumut – NAD Melihat banyak ketidakadilan yang diterima masyarakat adat tano batak mulai dari dampak lingkungan serta kekerasan yang diterima masyarakat.
“Konflik Masyarakat Adat Tano Batak dengan PT. Toba Pulp Lestari (TPL) sebelumnya bernama PT. Inti Indorayon Pratama sudah berlangsung sejak PT. TPL tersebut berdiri sampai sekarang dan semakin mencekam. Mulai dari penggusuran, intimidasi, hilang nya mata pecaharian dan Kerusakan Lingkungan di masyarakat Adat Tano Batak” ujar Chrisye Sitorus
Dibeberapa platform media sosial didapati konflik yang berujung kekerasan yang diduga dilakukan oleh PT. Toba Pulp Lestari dengan masyarakat, seperti yang terjadi Dusun Natinggir, Desa Simare, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba, Sumatera Utara (Sumut) korban bentrokan dengan petugas keamanan PT. Toba Pulp Lestari (TPL), Kamis, 7 Agustus 2025 lalu.
“Saya meminta kepada Kapolda Sumatera Utara untuk jangan tutup mata atas kriminalisasi dugaan kekerasan PT. Toba Pulp Lestari dengan masyarakat, permasalahan ini harus segera di usut sampai tuntas”Tegas Chrisye Sitorus Korwil I GMKI Sumut-NAD
Dalam Refleksi Kemerdekaan Hut NKRI ke-80 Tahun, Negara harus hadir untuk memberikan keadalian dari tuntutan dan keresahan yang selama ini dirasakan masyarakat Adat Tano Batak. (AH)
