banner 1000x130 **************************************** banner 1000x130

Pers Perjuangan Masih Dibutuhkan

banner 2500x130 banner 2500x130 banner 1000x130

SURABAYA |Nusantara Jaya News – Suko Widodo, pakar Komunikasi Unair, memandang media dengan positioning tertentu misalnya di bidang kebudayaan dan sejarah sangatlah penting karena bisa menjadi pusat rujukan informasi perihal kebudayaan, rujukan yang akurat dan komprehensif.

Media semacam ini bisa membantu menciptakan keunikan dan diferensiasi di tengah informasi umum yang membanjir. Media dengan positioning khusus ini dapat pula membangun kepercayaan dan kredibilitas di mata pembaca yang spesifik.

banner 300x250

Dalam sejarahnya, media khususnya pers di Indonesia, pernah menjadi alat perjuangan, terutama pada masa pergerakan Nasional dan perjuangan kemerdekaan. Pers digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan semangat nasionalisme, informasi, dan bahkan kritik terhadap pemerintah penjajah. Secara umum pers ini disebut pers perjuangan. Karenanya di Surabaya ada Monumen Pers Perjuangan. Monumen ini didedikasikan untuk menghormati peran pers dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya di Surabaya.

Monumen Pers Perjuangan di Surabaya. Foto: ist

Tidak cuma di masa lalu, di masa sekarang dan mendatang, pers dengan positioning perjuangan juga masih diperlukan sebagai alat perjuangan. Yakni perjuangan untuk mengisi kemerdekaan dan perjuangan untuk mewujudkan cita cita melalui pembangunan.

Sebagai media perjuangan, pers harus tetap bisa menyebarkan semangat nasionalisme, mengkritik yang bersifat membangun dan bertanggung jawab kepada pemerintah dan memperjuangkan hak-hak rakyat yang berdasarkan pada kebenaran.

Di era dr. Soetomo, kaum pergerakan menggunakan media, terutama pers, sebagai sarana untuk menyuarakan semangat kebangsaan dan memperjuangkan kemerdekaan. “Boedi Oetomo”, organisasi pemuda yang didirikan oleh dr. Soetomo, memanfaatkan majalah sebagai wadah untuk menyampaikan gagasan dan membangun kesadaran nasional. Majalah itu bernama “Panjebar Semangat”. Majalahnya masih ada hingga sekarang di Surabaya.

Tokoh tokoh lainnya secara nasional antara lain adalah HOS Cokroaminoto, Ernest Douwes Dekker, Abdul Moeis, dan Ki Hajar Dewantara. Mereka menggunakan surat kabar dan media cetak lainnya untuk menyebarkan semangat nasionalisme dan mengkritik pemerintahan kolonial.

Di era perang kemerdekaan di Surabaya, khususnya pada Pertempuran 10 November 1945, Bung Tomo juga berjuang melalui media, terutama radio, untuk membangkitkan semangat perlawanan rakyat. Bung Tomo, dengan pidato-pidatonya, yang berapi-api, menjadi tokoh sentral dalam menggerakkan massa dan mengobarkan semangat perlawanan terhadap pasukan Sekutu dan NICA.

Di masa sekarang dan mendatang, Pers tidak hanya bertugas mengabarkan berita yang sudah terjadi, tetapi juga memiliki peran dalam membentuk dan menciptakan berita melalui berbagai cara. Perjuangan belum selesai.

Wartawan sebagai awak Media seringkali melakukan investigasi mendalam untuk mengungkap fakta-fakta tersembunyi atau isu-isu yang belum terungkap ke publik, sehingga menciptakan berita baru yang sebelumnya tidak diketahui.

Pun juga dalam peliputan berita, wartawan juga tidak hanya menyajikan fakta, tetapi juga memberikan perspektif dan analisis yang dapat membentuk pemahaman publik terhadap suatu peristiwa. Ini bisa disebut pers edukatif.

“Pers edukatif” berfungsi sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Dalam hal ini Pers memiliki peran penting dalam memberikan informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.

Sebagaimana diatur dalam UU Pers No. 40 Tahun 1999, bahwa pers memiliki empat fungsi utama: informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.

Media pers dengan positioning tertentu, dapat fokus pada isu isu seperti olahraga, pendidikan, rumah tangga, budaya dan sejarah. Majalah terbitan dr. Soetomo, “Panjebar Semangat”, memposisikan diri pada media budaya, yang selain menggunakan bahasa Jawa, isinya juga mengandung budaya Jawa.

Panjebar Semangat adalah satu dari media pergerakan / perjuangan di zamannya. Kiranya masih dibutuhkan media media semacamnya untuk masa sekarang dan mendatang guna mengisi kemerdekaan dan meraih tujuan kemerdekaan. Melalui Peringatan HUT ke 80 Kemerdekaan Republik Indonesia ini, ada momen untuk kembali ingat pada peran dan fungsi media demi keberlanjutan negeri.

Media massa memang berfungsi sebagai penyedia informasi, sarana pendidikan, hiburan, kontrol sosial, dan pembentuk opini publik. Media juga bisa berperan dalam membentuk interaksi sosial dan menjadi agen perubahan dalam masyarakat.

Kembali menurut Suko Widodo bahwa saat ini di Indonesia agak susah mencari sumber informasi soal kebudayaan. Ini karena sangat jarang media, yang khusus membahas tentang budaya.

“Meskipun ada di media mainstream, namun sangat jarang diliput. Atau memberi kesempatan seniman atau sejarawan menulis.”, pungkas Suko Widodo. (nng).

banner 1000x130
https://nusantarajayanews.id/wp-content/uploads/2025/05/IMG-20250528-WA0005-e1748427094351.jpg
banner 1000x130 banner 2500x130