banner 1000x130 **************************************** banner 1000x130
Budaya  

Topeng Muludan Yang Berangsur Hilang

banner 2500x130 banner 2500x130 banner 1000x130

SURABAYA |Nusantara Jaya News – Tahun 1970 hingga 1980-an di sepanjang jalan Peneleh Surabaya, yang sejajar dengan Kalimas, di saat menyambut Hari Maulid Nabi selalu ramai dan penuh pedagang Topeng muludan yang terbuat dari kertas. Bentuk Topengnya bervariasi. Ada model binatang: kepala macan, singa, dan kepala Apollo (astronot), serta batman dan lainnya yang umumnya disukai anak laki laki. Sementara untuk mainan anak perempuan adalah satu set masak memasak mini, satu set peralatan meja makan (Table set).

Suasana meriah ini selalu ditunggu tunggu kehadirannya. Para penjual topeng Muludan ini mulai ramai menjelang Maghrib hingga malam. Mereka berjajar di tepi jalan di sepanjang jalan Peneleh.

banner 300x250

Muludan adalah sebuah tradisi budaya, yang sudah lama ada di Surabaya. Namun seiring perkembangan zaman, tradisi yang biasanya dilakukan untuk menyambut Maulid ini berangsur hilang termasuk hilangnya para penjual topeng Muludan. Mereka telah tergeser oleh topeng topeng pabrikan terbuat dari plastik dan bahan lainnya, seperti salah satunya Superhero yang dimiliki Sahroni, anggota DPR RI yang dijarah massa.

Topeng Muludan dan Anak. Foto: ist

Topeng Muludan adalah tradisi masyarakat Surabaya berupa topeng kertas yang identik dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini meliputi penggunaan dan pembuatan topeng yang menjadi media penghormatan terhadap Nabi, serta seringkali diramaikan dengan festival atau karnaval yang melibatkan banyak peserta dari berbagai latar belakang.

Seiring dengan perjalanan waktu dengan perubahan perubahannya, tradisi ini kini semakin terpinggirkan dan hilang karena tergerus zaman dan kalah saing dengan hiburan modern seperti HP yang memiliki banyak fitur permainan.

Dengan topeng topeng itu (kala itu) menjadikan suasana sore dan malam penuh aktivitas anak anak yang bermain dan berinteraksi secara fisik dan sosial. Anak anak menjadi aktif bermain dengan sesama. Mereka menirukan gerak gerik tokoh yang disimbolkan oleh topeng topeng yang mereka kenakan.

 

Ragam topeng Muludan. Foto: ist

Kemeriahan ini menghiasi kampung kampung. Gerak dan tawa serta suara mereka menjadi unsur dinamika budaya setempat. Belum lagi ditambah selamatan (banca’an) di halaman halaman kampung yang terbuka bagi warga. Mereka membawa tumpeng yang berisi beraneka makanan. Ada nasi kuning lengkap dengan lauk pauk dan sayuran, beragam buah buahan seperti pisang, jeruk serta pala pendem singkong, kacang, dan umbi serta gembili.

Momen selamatan (banca’an) yang ditunggu tunggu adalah setelah pembacaan doa, yaitu berebut tumpeng, yang umumnya dikemas dengan wadah cobek (cowek) yang terbuat dari tanah liat. Akhirnya tradisi ini juga umum disebut Cowekan Muludan.

Aneka buah buahan untuk selamatan Maulid Nabi. Foto: ist

Cowekan Muludan adalah tradisi saling menukar makanan yang dikemas dalam wadah cobek (disebut cowek) pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Kemeriahan peringatan Maulid Nabi ini tergambarkan pada aneka isian cobek mulai dari makanan hingga buah buahan. Pengikut selamatan maulid ini juga terdiri dari orang dewasa dan anak anak.

Sarung, yang menjadi kekhasan Islami, berperan ganda pada momen selamatan ini. Selain untuk perangkat sholat, pada momen selamatan ini, sarung juga dipakai untuk mewadahi aneka buah buahan. Umumnya pisang, salak serta jeruk dalam berebut agar dapat banyak.

Peringatan Maulid Nabi adalah ekspresi kemeriahan dan kebahagiaan umat Muslim dalam merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini menjadi momen untuk memperkuat cinta dan penghormatan kepada Nabi, sekaligus menjadi sarana meneladani akhlak mulia dan ajaran Beliau.

Meski zaman telah berganti dan banyak perubahan telah terjadi, jangan sampai nilai nilai esensial peringatan Maulid Nabi menjadi hilang.

Topeng tradisional Muludan, yang sudah tidak tampak lagi di jalan Peneleh, menjadi cerminan hilangnya tradisi Maulid Nabi secara fisik. Hilangnya tradisi ini juga cermin hilangnya tradisi di beberapa tempat lain, misalnya di jalan Girilaya Surabaya.

Memang permainan modern pada saat ini telah mengambil alih permainan tradisional. Tapi nilai dan esensinya jangan turut hilang. Nilai nilai itu harus tetap ada di hati sampai mati. (nng).

banner 1000x130
https://nusantarajayanews.id/wp-content/uploads/2025/05/IMG-20250528-WA0005-e1748427094351.jpg
banner 1000x130 banner 2500x130