Aksara Budaya
SURABAYA |Nusantara Jaya News – Bermula dari pengalaman empiris dalam program IASTP (Indonesia Australia Special Training Program) Phase II tahun 2003 dengan spesifikasi TV Programming di ABC TV Sydney selama sebulan, maka mulai kenal pula adanya SBS (Special Broadcasting Service) di Australia. SBS juga merupakan TV pemerintah, selain ABC (Australian Broadcasting Corporation). Bedanya adalah SBS fokus pada layanan dan siaran dengan konten khusus multikultural.
Channel ini menyiarkan konten konten budaya dari seluruh dunia, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada warga imigran dunia yang tinggal di Australia. Salah satunya adalah warga Australia etnis/dari Indonesia. Di SBS ada program berita berbahasa Indonesia dan ada pula program program budaya asal Jawa.


Rombongan peserta dalam IASTP Phase II ini adalah insan TV lokal Indonesia, yang tergabung dalam wadah ATVLI (Asosiasi Televisi Lokal Indonesia). Salah satu pesertanya adalah TV lokal dari Surabaya, JTV, yang juga merupakan stasiun TV yang mengangkat kearifan lokal Surabaya, Jawa Timur.
Gagasan Kreatif dan Inovatif
Setelah 20 tahun, tepatnya 2025, muncul gagasan untuk menjalin hubungan budaya antara Surabaya Jawa Timur dan Australia. Kali ini bukan melalui jalur televisi, namun melalui platform komunitas budaya secara mandiri. Yakni Komunitas Puri Aksara Rajapatni yang fokus di bidang budaya literasi aksara.
Aksara daerah di Indonesia adalah identitas bangsa, yang keberadaannya semakin menghadapi kepunahan karena mengalami penurunan penggunanya. Jalinan budaya antar negara ini mulai dirancang dengan berdasarkan pada People to People connection.
“Kebetulan saya punya teman sekelas, yang sama sama pernah belajar di Universitas Erasmus Rotterdam, Belanda dalam program Urban Heritage Studies (UHS). Juga ada seorang profesor dari Universitas Melbourne, Australia”, jelas Nanang Purwono, ketua Puri Aksara Rajapatni.

Profesor Kate McGregor adalah sejarawan tentang Indonesia di School of Historical and Philosophical Studies di Universitas Melbourne. Dalam salah satu penelitiannya, Profesor Kate pernah datang ke Surabaya dan bermitra dengan penulis.
Berangkat dari latar belakang itu semua, maka muncul gagasan kolaborasi yang berbasis people to people.
”Kedua teman di Australia ini menyambut baik gagasan kolaborasi lewat jalur budaya untuk menambah kuatnya hubungan diplomasi Australia – Indonesia”, jelas Nanang Purwono.
“Kami ini lewat komunitas budaya, Puri Aksara Rajapatni, ingin bisa mengiringi upaya pemerintah RI yang getol membangun kerjasama budaya dengan negara negara manca. Setelah dengan India dan Belanda, kerjasama dengan pemerintah Brazil juga sudah dimulai. Implementasinya, misalnya, akan diajarkannya bahasa Portugis di sekolah. Kami selaku komunitas budaya akan melakukan yang kami bisa”, jelas A Hermas Thony selaku pembina Puri Aksara Rajapatni, yang juga kader Partai Gerindra.
Batik Diplomasi Budaya

Kerajinan batik adalah warisan budaya Nusantara. Batik akan menjadi media dalam kerjasama, yang berdasar pada people to people connection. Batik bisa menjadi dokumentasi potret budaya, yang menjadi perpaduan budaya aborigin Australia dengan aksara tradisional Jawa.

Untuk tujuan itu, Puri Aksara Rajapatni mulai menjajaki dengan produsen batik Dewi Saraswati Surabaya. Dalam kunjungan ke Batik Saraswati pada Selasa (28/10/25), Tim Puri Aksara Rajapatni yang terdiri dari pembina A. Hermas Thony, Ketua Nanang Purwono dan sekretaris Novita juga Harun Sobar, relawan budaya budaya untuk Indonesia Australia.

Selama ini Harun pergi pulang ke Australia untuk urusan keluarga. Sementara di Australia sendiri juga ada mitra Profesor Kate McGregor di Universitas Melbourne dan Yolanda (teman sekelas penulis dalam program International Urban Heritage Studies di Rotterdam Belanda tahun 2023).
Melalui seni batik, potret kedua budaya Aborigin Australia dan Aksara Jawa Indonesia dapat dibingkai dalam satu perpaduan budaya.
“Aksara Jawa itu menyimpan banyak nilai filosofi”, kata Thony, sang inisiator Raperda Pemajuan Kebudayaan.
Sementara itu pemilik Batik Saraswati, Hj. Putu Sulistiani Prabowo, juga menyambut baik gagasan yang disampaikan tim Puri Aksara Rajapatni pada Selasa (28/10/25).
“Batik ini akan menjadi alat diplomasi budaya, ya”, pungkas Putu, panggilan akrab Putu Sulistiani Prabowo. (nng).


****************************************












