banner 1000x130 **************************************** banner 1000x130
Berita  

Kolaborasi Jawa Pos TV Bali dan BMKG Perkuat Jurnalisme Bencana Alam yang Solutif

banner 2500x130 banner 2500x130 banner 1000x130

Denpasar |Nusantara Jaya News – Bali, sebagai destinasi pariwisata internasional, memiliki karakteristik geologis dan geografis yang menjadikannya rawan terhadap berbagai jenis bencana alam.

Ancaman gempa bumi dan tsunami, selalu membayangi mengingat keberadaan zona subduksi di selatan Pulau Jawa dan Bali.
Selain itu, perubahan iklim global juga turut memperparah potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang dan tanah longsor yang sering melanda beberapa wilayah di Bali.

banner 300x250

Meskipun potensi ancaman ini tinggi, tingkat kesiapsiagaan masyarakat masih belum optimal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya sosialisasi, minimnya latihan simulasi, dan keterbatasan akses informasi yang mudah dipahami.

Media massa memegang peranan vital dalam menyebarluaskan informasi, mengedukasi publik, dan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana.

Ketua Panitia Pelatihan, M. Ridwan dalam siaran persnya (1/10/2025) menjelaskan, peliputan bencana yang akurat, berimbang, dan edukatif menjadi sangat urgen untuk membangun kesadaran kolektif di Tengah public.

Namun lanjutnya, acap wartawan menghadapi tantangan dalam meliput bencana. Mulai dari keterbatasan pemahaman teknis, akses ke data yang valid, hingga tekanan untuk memberitakan secara sensasional.

”Pelatihan ini dirancang untuk membekali jurnalis dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan agar dapat menjalankan perannya secara optimal dalam konteks kesiapsiagaan bencana di Bali,” terangnya di Denpasar, 1 Oktober 2025.

Ridwan yang juga Pemred radarbali.id dan Jawa Pos TV Bali ini menyebut tujuan pelatihan ini antara lain:
 Meningkatkan Pemahaman Wartawan: membekali wartawan dengan pemahaman mendalam tentang jenis-jenis bencana alam yang berpotensi terjadi di Bali (gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor), karakteristiknya, serta dampaknya.
 Meningkatkan Keterampilan Peliputan: mengasah keterampilan wartawan dalam mengumpulkan data, melakukan wawancara, menulis berita, dan memproduksi konten multimedia terkait bencana dengan akurat dan bertanggung jawab.
 Mengenalkan Etika Peliputan Bencana: Memastikan wartawan memahami dan menerapkan etika jurnalistik dalam peliputan bencana, termasuk menghindari sensasionalisme, menjaga privasi korban, dan menyebarkan informasi yang menenangkan.
 Membangun Jaringan: Memfasilitasi terbangunnya jaringan komunikasi antara wartawan dengan pemangku kepentingan kebencanaan (BMKG, BPBD, Basarnas, akademisi, dan NGO).

Direktur Jawa Pos TV Bali Ibnu Yunianto, menegaskan pelatihan bagi jurnalis ini sangat relevan mengingat juranlis juga perlu bekal pengetahuan dan skill yang baik dan produktif.

”Kita ingin Jurnalisme Solutif, yaitu mendorong wartawan untuk tidak hanya memberitakan peristiwa bencana, tetapi juga menggali dan memberitakan upaya-upaya mitigasi, kesiapsiagaan, dan rekonstruksi pascabencana secara edukatif,” tandas Ibnu Yunianto, dalam kesempatan yang sama.

Diuraikan, jurnalisme adalah pilar utama membangun kesadaran publik, terutama terkait isu-isu krusial seperti perubahan iklim dan kesiapsiagaan bencana.

“Jurnalis kontemporer tak bisa lagi sekadar melaporkan fakta, tetapi juga harus menjadi garda terdepan dalam menerjemahkan data ilmiah yang kompleks menjadi informasi yang relevan dan mudah dipahami publik,” tandas Ibnu yang juga Wakil Direktur Jawa Pos Radar Bali, ini.

Ditekankan pula,memahami dinamika iklim dan risiko bencana bukan hanya soal menambah wawasan, melainkan tentang menyelamatkan nyawa dan meningkatkan kualitas hidup.

Hal senada juga ditegaskan Kepala Balai Besar Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah III, Cahyo Nugroho, yang mengatakan jurnalis menjadi ujung tombak sampainya informasi tentang berbagai bencana alam kepada publik.

“Bagi kami di BMKG, jurnalis adalah ujung pena sebagai pencerah informasi yang benar tentang potensi berbagai bencana alam khususnya di Bali sebagai daerah pariwisata dunia, sehingga masyarakat teredukasi dengan baik,” ungkap Cahyo Nugroho.

Jurnalis menurutnya, perlu dibekali pengetahuan yang mumpuni agar pesan tentang mitigas bencana alam, dan penanggulangannya tidak bias ketika sampai di publik.

Diuraikan, secara geografis dan geologis, pulau Bali terletak di jalur subduksi lempeng tektonik megathrust di Selatan dan patahan di utara.
Dia menyebut Tsunami Banyuwangi, Sumbawa dan gempa Seririt di waktu silam menjadi bukti adanya potensi ancaman ini.

“Bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang pada 10 September 2025 lalu merupakan dampak pancaroba ekstrem di hulu Bali dengan dua siklus musim hujan, nah media khususnya jurnalis memegang peranan penting bukan hanya penyampai informasi tapi memberi edukasi yang benar kepada khalayak,” pungkas Cahyo Nugroho.

Pelatihan ini menghadirkan para instruktur/narasumber berkompeten yaitu:
1. Kadis Lingkungan Hidup Provinsi Bali yang mantan Kalaksa BPBD Bali Made Rentin.
2. Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar: Meteorologi Early Warning System dan Metereologi Publik, Kadek Setiya Wati
3. Stasiun Klimatologi Bali: Prakiraan Musim Bali, Aminuddin Al Roniri, SP., M. Si.
4. Stasiun Meteorologi Ngurah Rai Bali: Metereologi Penerbangan, Putu Eka TulistiawanStasiun Geofisika Denpasar
5. Potensi Gempa Bumi dan Tsunami Serta Upaya Mitigasinya, Ni Luh Desi Purnami, S. Tr. (Rls)

banner 1000x130
https://nusantarajayanews.id/wp-content/uploads/2025/05/IMG-20250528-WA0005-e1748427094351.jpg
banner 1000x130 banner 2500x130