banner 1000x130 **************************************** banner 1000x130

Harga Properti di Bali Terus Menguat pada Triwulan III 2025, IHPR Tumbuh 1,08% Didorong Kenaikan Biaya Produksi

banner 2500x130 banner 2500x130 banner 1000x130

Denpasar |Nusantara Jaya News – Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia Provinsi Bali pada triwulan III 2025 menunjukkan tren kenaikan harga properti yang semakin menguat di wilayah Bali. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) tercatat tumbuh 1,08% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencatat pertumbuhan 0,67% (yoy). Kenaikan ini mencerminkan dinamika pasar properti yang masih aktif, meski di tengah sejumlah tantangan ekonomi dan pembiayaan.

Peningkatan IHPR pada periode laporan didorong oleh naiknya harga di tiga tipe properti, yakni rumah kecil dengan luas bangunan ≤36 m², rumah menengah dengan luas 36–70 m², dan rumah besar dengan luas bangunan >70 m². Masing-masing tipe mengalami kenaikan harga sebesar 1,66% (yoy) untuk rumah kecil, 1,12% (yoy) untuk rumah menengah, dan 0,82% (yoy) untuk rumah besar. Kenaikan harga ini terutama dipicu oleh meningkatnya harga bahan bangunan serta upah pekerja konstruksi yang menjadi faktor produksi utama dalam sektor properti.

banner 300x250

Mayoritas responden survei menyampaikan bahwa kenaikan biaya produksi merupakan penyebab dominan meningkatnya harga jual rumah. Di samping itu, permintaan properti residensial, khususnya rumah berukuran besar, juga turut mempengaruhi peningkatan indeks harga. Pada triwulan III 2025, pangsa penjualan rumah besar meningkat 0,7% dibandingkan triwulan sebelumnya, mencerminkan tingginya minat masyarakat terhadap hunian luas, baik sebagai tempat tinggal maupun instrumen investasi. Sebaliknya, pangsa penjualan rumah menengah menurun 0,7%, sementara rumah kecil tercatat stabil tanpa perubahan.

Meski permintaan masih cukup kuat, sektor properti residensial di Bali masih menghadapi sejumlah hambatan penjualan. Faktor-faktor seperti suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR), keterbatasan lahan, tingginya uang muka, serta kenaikan harga bahan bangunan disebut sebagai kendala utama yang memperlambat laju transaksi properti primer di wilayah ini.

Dari sisi pembiayaan, struktur pendanaan pembangunan properti residensial di Bali pada triwulan III 2025 masih didominasi oleh dana internal milik developer yang mencapai 55%. Pembiayaan melalui pinjaman bank menempati urutan kedua dengan porsi 36,6%, diikuti dana dari pembeli sebesar 6,3%, dan pembiayaan dari lembaga keuangan non-bank sebesar 2,2%. Komposisi ini menggambarkan bahwa pelaku pengembang masih sangat bergantung pada kemampuan pendanaan internal dalam membangun proyek properti baru.

Sementara itu, dari sisi konsumen, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tetap menjadi skema pembiayaan yang paling diminati dalam pembelian rumah primer di Bali. Sebanyak 62,1% transaksi menggunakan skema KPR, disusul metode cash bertahap sebesar 34,5%, dan cash keras sebesar 3,4%. Preferensi ini menunjukkan bahwa masyarakat masih mengandalkan pembiayaan perbankan untuk memenuhi kebutuhan hunian, meskipun suku bunga KPR menjadi salah satu faktor penghambat utama yang disebutkan responden.

Secara keseluruhan, hasil survei ini menegaskan bahwa pasar properti residensial di Bali tetap tumbuh di tengah tantangan biaya produksi dan pembiayaan. Kenaikan IHPR yang konsisten serta meningkatnya permintaan pada segmen rumah besar menjadi indikator bahwa sektor properti masih memiliki prospek positif, meski tetap diperlukan upaya untuk mengatasi berbagai hambatan yang menghambat pertumbuhan lebih lanjut. (Red)

banner 1000x130
banner 1000x130 banner 2500x130