****************************************
SURABAYA |Nusantara Jaya News – Dalam sebuah jagong budaya di Padepokan Bhimasakti Peduli Negeri di Claket, Pacet Kabupaten Mojokerto pada Sabtu dini hari (1/11/25) banyak menyinggung bahwa manifestasi Kebudayaan Jawa tidak lepas dari leluhur (ancestors) dan apresiasi terhadap alam (nature).
Potret Kebudayaan itu ada, yang didokumentasikan melalui catatan manuskrip dan tradisi seperti bersih desa, nyadran, dan Wiwitan. Semua itu adalah manifestasi nilai-nilai seperti harmonisasi alam (nature) dan manusia (people), memayu hayuning bawono, rasa syukur, serta penghormatan terhadap roh nenek moyang.
Tradisi ini mencerminkan pandangan bahwa alam adalah entitas spiritual, yang harus dijaga keseimbangannya, dan bahwa hubungan manusia dengan leluhur perlu juga dijaga melalui ritual.
Para pamong dan pemerhati budaya yang berdatangan dari penjuru Jawa Timur dan bahkan dari Jawa Tengah serta DIY di Bhimasakti itu, merajut bersama untuk upaya menjaga dan melestarikan kebudayaan yang menjadi identitas bangsa.
Dari hasil jagong budaya itu, muncul komitmen bersama bahwa masing masing mengemban tugas sesuai kemampuan dan kapasitasnya.
Perwakilan Puri Aksara Rajapatni, yang memang bergerak di bidang aksara tradisional Jawa, akan memayu Hayuning aksara (Jawa). Aksara Jawa adalah wujud kecerdasan leluhur Nusantara di tanah Jawa.
Karenanya Puri Aksara Rajapatni mencoba memperkenalkan aksara Jawa ke mitra jaringan dimanapun berada. Misalnya ke Belanda dan Australia.
Di Belanda ditandai dengan penerbitan buku cerita yang berbahasa Belanda yang ditransliterasi ke dalam aksara Jawa. Kini dirintis lagi jaringan dengan Australia. Tentunya dalam koridor Kebudayaan.
Kebudayaan Australia, seperti budaya aborigin Australia kaya akan tradisi kuno, yang berakar kuat pada spiritualitas, yang menekankan hubungan mendalam dengan tanah, alam, dan leluhur.
Kepercayaan mereka ini holistik, di mana tanah adalah penentu identitas dan dihormati sebagai sumber kehidupan. Budaya ini meliputi seni lukis, musik, tarian, serta praktik berburu dan mengumpulkan makanan yang diwariskan secara turun temurun.
Mirip
Ternyata budaya Aborigin Australia itu ada kemiripan dan hubungan historis yang signifikan antara kebudayaan Aborigin Australia dengan beberapa aspek kebudayaan di Indonesia, terutama yang terjalin melalui interaksi maritim di masa lalu.
Ratusan tahun yang lalu, sebelum masa kolonial Eropa, para pelaut dari Makassar (Sulawesi Selatan, Indonesia) secara rutin datang ke wilayah Australia utara untuk berdagang, terutama mencari teripang.
Disana terjadi interaksi yang menghasilkan pertukaran budaya yang signifikan. Beberapa kata dari bahasa Makassar diserap ke dalam bahasa Aborigin setempat, dan pengaruh budaya juga terlihat dalam seni cadas (rock art) Aborigin, yang menggambarkan perahu-perahu Makassar (Padewakkang).
Padewakang adalah perahu tradisional dari Sulawesi Selatan yang digunakan untuk pelayaran jarak jauh oleh suku Bugis, Mandar, dan Makassar. Perahu ini memiliki sejarah panjang sejak abad ke-17, sering digunakan untuk perdagangan dan perburuan, serta mampu berlayar hingga ke Australia.
Berangkat dari latar belakang sejarah dan budaya itu, melalui dua entitas Puri Aksara Rajapatni (Indonesia) dan BIMA Nexus Australia Pty Ltd (Australia) lahirlah kerjasama mandiri di bidang budaya. Yakni Aksara, batik dan seni budaya lainnya, yang nantinya termasuk pendidikan dan perdagangan serta teknologi.
Kerjasama ini adalah upaya bersama dalam memperkuat hubungan bilateral Indonesia dan Australia, yang didasari akan kesadaran dan rasa saling pengertian (mutual understanding). (nng)
