Bali |Nusantara Jaya News – Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali pada 1 Desember 2025 menunjukkan bahwa perkembangan harga gabungan kabupaten/kota pada perhitungan inflasi November 2025 mengalami dinamika signifikan. Secara bulanan (mtm), Bali mencatat inflasi sebesar 0,40%, meningkat dari bulan sebelumnya yang hanya 0,16%. Meski tekanan harga meningkat secara bulanan, inflasi tahunan justru menunjukkan perlambatan dari 2,61% menjadi 2,51% (yoy). Capaian ini menjadikan inflasi Bali lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang berada pada level 2,72% (yoy). (1/12).
BPS mencatat bahwa seluruh kabupaten/kota di Bali mengalami inflasi bulanan pada November 2025.
– Tabanan menjadi wilayah dengan inflasi bulanan tertinggi sebesar 0,67% (mtm) dan inflasi tahunan 2,17% (yoy).
– Disusul Badung dengan inflasi 0,64% (mtm) atau 1,61% (yoy).
– Singaraja mencatat inflasi 0,47% (mtm) atau 2,12% (yoy).
– Sedangkan Kota Denpasar mengalami inflasi yang relatif rendah, yakni 0,15% (mtm) dengan inflasi tahunan 3,26% (yoy).
Kenaikan harga ini terutama disebabkan oleh peningkatan permintaan pada komoditas tertentu menjelang perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Galungan–Kuningan.
Berdasarkan telaah kelompok pengeluaran, inflasi bulanan Bali pada November 2025 disumbang terutama oleh kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, seiring dengan keterbatasan pasokan akibat musim kemarau basah.
Beberapa komoditas penyumbang inflasi utama antara lain:
Canang sari, meningkat karena kebutuhan masyarakat untuk HBKN Galungan–Kuningan.
Bawang merah, daging babi, wortel, dan tomat yang harganya naik karena pasokan yang terganggu.
Sementara itu, inflasi tertahan oleh penurunan harga beberapa komoditas seperti: Daging ayam ras, Beras, Buncis, Sawi hijau, dan angkutan udara yang mengalami penyesuaian tarif.
BPS dan Bank Indonesia Provinsi Bali menyoroti beberapa risiko inflasi yang perlu diantisipasi menjelang akhir tahun 2025. Permintaan barang dan jasa diperkirakan meningkat tajam menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Selain itu:
Harga emas dunia diperkirakan masih melanjutkan tren kenaikan.
Harga BBM non-subsidi yang naik pada Desember 2025 berpotensi menambah tekanan.
Ketidakpastian cuaca akibat peralihan ke musim penghujan dapat meningkatkan risiko hama dan organisme pengganggu tanaman, yang berdampak pada produksi pangan dan hortikultura.
Dalam menghadapi potensi tekanan harga, Bank Indonesia Provinsi Bali terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah melalui strategi 4K:
1. Keterjangkauan Harga,
2. Ketersediaan Pasokan,
3. Kelancaran Distribusi,
4. Komunikasi Efektif.
Pada High Level Meeting (HLM) TPID Bali tanggal 14 November 2025, Gubernur Bali menekankan pentingnya kerja sama lintas daerah untuk memastikan efektivitas pengendalian inflasi. Arahan serupa disampaikan Wamendagri yang mengapresiasi capaian Bali dalam menekan inflasi serta mendorong kontribusi nyata terhadap target nasional.
Ke depan, penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) akan terus diperluas melalui: Operasi pasar, Pengawasan dan percepatan distribusi SPHP, Kerja sama antarwilayah, Efisiensi rantai pasok pangan, Pemberdayaan BUMDes, Perumda pangan, dan koperasi.
Selain itu, kolaborasi antara pelaku hulu dan hilir mulai dari petani, penggilingan, Perumda pangan, hingga sektor horeka (hotel, restoran, dan kafe) akan diperkuat melalui regulasi mengenai pemanfaatan produk pangan lokal.
Dengan langkah-langkah tersebut, Bank Indonesia Provinsi Bali optimis bahwa inflasi Bali sepanjang 2025 akan tetap berada dalam kisaran target nasional 2,5% ±1%.
(Red)


****************************************












