MEDAN |Nusantara Jaya News – Indonesia menghadapi krisis lingkungan yang semakin nyata. Banjir, longsor, dan pencemaran sungai bukan lagi kejadian luar biasa, melainkan rutinitas tahunan. Ironisnya, di tengah kondisi ini, pendidikan lingkungan hidup masih belum menjadi arus utama dalam sistem pendidikan nasional.
Sebagian besar bencana yang terjadi hari ini bukan semata bencana alam, melainkan bencana kebijakan dan bencana kesadaran.
Sungai-sungai di Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera, berada dalam kondisi memprihatinkan akibat limbah rumah tangga, industri, dan buruknya tata kelola. Dampaknya langsung dirasakan masyarakat melalui banjir, krisis air bersih, dan masalah kesehatan.
Solusi teknis tanpa perubahan pola pikir hanya akan bersifat sementara. Pendidikan harus menjadi strategi utama pencegahan bencana.
Pemerintah perlu menjadikan pendidikan lingkungan dan mitigasi bencana sebagai mata pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan. Pembelajaran harus berbasis praktik, kontekstual, dan berakar pada masalah lingkungan di sekitar peserta didik.
Lebih jauh, negara perlu mengintegrasikan aksi lingkungan ke dalam siklus kehidupan warga negara. Menanam pohon pada saat pernikahan, kelahiran anak, dan saat memasuki jenjang pendidikan menengah atau tinggi adalah langkah konkret membangun tanggung jawab ekologis kolektif.
Sekolah tidak boleh terputus dari alam. Program sekolah sungai, sekolah laut, dan sekolah gunung harus dikembangkan secara sistematis dan berkelanjutan, bukan sekadar kegiatan seremonial.
Tanpa implementasi yang serius, kebijakan hanya akan menjadi dokumen administratif. Pendidikan lingkungan bukan pilihan, melainkan kewajiban negara untuk melindungi masa depan bangsa.(AH)


****************************************












