Gianyar |Nusantara Jaya News – Bali Bird Park dengan bangga mengumumkan kabar menggembirakan dari program konservasi “The Homecoming of Atat Bali, Mitchell’s Lorikeet (Trichoglossus forsteni mitchellii)”, atau yang juga dikenal sebagai Perkici Dada Merah.
Setelah memasuki tahap adaptasi perjodohan sebagai langkah awal program penangkaran akhirnya Perkici Dada merah berhasil melakukan penetasan anakan pertama sebanyak 16 ekor dari 10 pasang Perkici dada merah.
Penetasan anakkan pertama ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan panjang upaya konservasi spesies endemik Bali yang sempat dinyatakan punah di alam liar.
Setelah kepulangannya Atat Bali dan tiba di Bali Bird Park, seluruh burung menjalani masa karantina wajib selama 14 hari Karantina untuk memastikan kondisi kesehatan semua burung. Setelah dinyatakan sehat burung-burung tersebut dipindahkan ke area Penangkaran untuk dikembangbiakkan.
Pengembangbiakkan spesies ini juga merupakan bagian dari Fighting Extinction Program, salah satu program utama Bali Bird Park yang berfokus pada konservasi dan pelestarian spesies burung endemik yang terancam punah di Indonesia.
Program The Homecoming of Atat Bali merupakan inisiatif kolaboratif Bali Bird Park untuk memulangkan dan melestarikan kembali Atat Bali (Mitchell’s Lorikeet), jenis burung paruh bengkok berwarna cerah yang hidup di Bali dan Lombok.
Avian Manager Bali Bird Park, I Wayan Rosiana, dalam acara Gathering bertajuk Hope Takes Flight, pada Rabu (10/12/2025) di Bali Bird Park, Singapadu Bali, mempresentasikan terkait penanganan Perkici dada merah di Bali mulai dari pemulangannya pengembangbiakan sampai akan dilepasliarkan di hutan Batukaru.
“Perkici dada merah hanya ditemukan di pulau Bali dan Lombok, Populasinya kini berada di ambang kepunahan dengan perkiraan jumlah kurang dari 50 individu di alam. Di Lombok kemungkinan hanya tersisa beberapa dalam kelompok kecil,”ujar Rosi.
Ia menjelaskan, Terakhir kali tercatat di alam liar pada tahun 2019 , penurunan populasi dan hilangnya habitat mendorong dilakukannya aksi konservasi darurat. Menanggapi kondisi ini, Bali Bird Park memprakarsai proyek pemulangan Atat Bali dari Inggris, bekerja sama dengan Paradise Park UK, World Parrot Trust dan mendapat dukungan penuh dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali.
Program ini mengadaptasi pendekatan upaya konservasi berkelanjutan, dengan melibatkan proses karantina ketat, program pengembangbiakan terkontrol lintas generasi, dan rencana pelepasliaran bertahap untuk memastikan keberlangsungan populasi jangka panjang di habitat aslinya.
Sebelum dilepasliarkan ke alam, tanggal 17 Mei 2022 Bali Bird Park melakukan survey lapangan pertama kali di Kawasan Geothermal Bedugul dimana keberadaan Atat Bali terlihat di Alam.
Survey dilakukan hingga pertengahan tahun 2022, mencari informasi lokasi, vegetasi serta perkiraan peyebaran Atat bali di alam liar,
Setelah ditentukan lokasi pelepasan Atat Bali, Bali Bird Park melakukan kesepakatan (Mou) dengan 6 desa adat setempat terkait dengan pembuatan kandang habituasi di Batukaru. Kandang habituasi selain untuk adaptasi juga difungsikan sebagai edukasi untuk masyarakat.
Sementara General Manager Bali Bird Park, Pande Swastika menyampaikan, kebanggaannya terhadap Bali Bird Park yang mampu memulangkan Perkici dada merah ke Bali.
“Terkait dengan re-patriasi Perkici dada merah yang notabene sebagai satuan endemik Bali yang menurut literasi sudah dinyatakan punah, dan kita akhirnya mampu membawa atat Bali kembali ke tanah Bali. Salah satu program konservasi kami sebagai konservasi eksidu mempunyai tugas dan tanggungjawab salah satunya pelestarian terhadap satwa-satwa endemik yaitu Fighting Extinction Program,, “jelasnya.
Upaya konservasi yang berkelanjutan, keterlibatan masyarakat, dan dukungan internasional sangat penting untuk memastikan kelangsungan hidup jangka panjang.(tik)


****************************************












