Denpasar |Nusantara Jaya News – Memperkuat posisi Bali sebagai destinasi kelas dunia yang tidak hanya menjual keindahan alam, tetapi juga nilai tata kelola dan demokrasi akar rumput. Desa Wisata Penglipuran, Bangli, yang bertransformasi menuju pariwisata Regeneratif diharapkan mampu menjadi Wisata Regeneratif yang tak sekedar mampu mendatangkan wisatawan maupun pendapatan sebanyak mungkin, tetapi menjadi ekosistem pariwisata yang memberdayakan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kelestarian alamnya.
Harapan besar ini disampaikan oleh Akademisi Universitas Udayana, Prof. I Nyoman Sunarta yang beberapa hari terakhir melakukan penelitian bersama tim prodi dari Fakultas Pariwisata Universitas Udayana dan juga pakar perbankan Trisno Nugroho.
Desa bukan lagi sekadar objek foto, melainkan ekosistem yang memberikan dampak positif bagi lingkungan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya secara terus menerus.
Prof. Sunarta mengatakan, Untuk menjadi wisata regeneratif menuju era baru, Pariwisata dan Ekosistemnya harus berjalan baik dengan menjadikan alam dan SDM berkwalitas, Wisata edukasi mengenai tata kelola yang baik.
“Saya berharap penglipuran menjadi wisata regeneratif karena dunia itu semua larinya ke politik. Kedepan tahun 2026 kita arahkan penglipuran ini menjadi wisata regeneratit jangan sampai pendapatan bagus , alam bagus tapi masyarakatnya tidak bagus,” ucapnya di Acara Temu media, pada Sabtu (13/12/2025) di Denpasar.
“Untuk menjadi regeneratif tergantung potensi alam yang ada di desa Penglipuran dan potensi masyarakat lokalnya. Jika masyarakat, dan daya tarik alamnya sudah berkwalitas maka yang datang ke desa penglipuran akan berkwalitas, ” lanjutnya.
Sementara itu Pengelola Desa Penglipuran, I Wayan Sumiasa, mengatakan Penglipuran merupakan implementasi yang harus terus dibangun dalam pengembangan menuju pariwisata regeneratif. Banyak dampak yang dirasakan dari pengembangan ini diantaranya membuka lapangan kerja bagi masyarakat penglipuran. Dukungan yang diberikan oleh awak media yang selalu memberitakan kegiatan desa penglipuran juga berdampak pada kunjungan wisatawan yang tetap stabil.
“Media selalu melaporkan kegiatan-kegiatan kepariwisataan di desa Penglipuran. Bagian dari pariwisata yang kita bangun salah satunya adalah membangun kolaborasi dengan media-media yang ada di Bali. teman-teman media terus mensupport kami dalam kegiatan-kegiatan ini sehingga apa yang menjadi mimpi kami pariwisata sustainable itu bisa kita capai bersama sehingga ekonomi lokal Kami tetap terjaga dengan baik,”ujarnya.
Ia menambahkan untuk tetap menjaga ekosistem pariwisata dan menuju pariwisata regeneratif, pengembangan-pengembangan destinasi baru desa Penglipuran dan hutan bambu akan dilakukan dengan teknologi yang baik sehingga tidak merusak nilai-nilai konservasi yang ada.(tik)


****************************************












