banner 1000x130 **************************************** banner 1000x130

Prof. Nadirsyah : Pertemuan Aktivis NU dengan Presiden Israel Tidak Mewakili NU

Reaksi Keras dari Warga NahdliyyinPenjelasan Melalui Media SosialImplikasi Geopolitik dan Prinsip NU

Instagram pribadinya @nadhirsyahhosen_official.
banner 2500x130 banner 2500x130 banner 1000x130

Surabaya | Nusantara Jaya News  Sebuah isu viral di media sosial menghebohkan netizen, terutama warga Nahdliyyin, ketika seorang aktivis intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU) dikabarkan bertemu dengan Presiden Israel. Isu ini memicu berbagai reaksi, baik dari masyarakat umum maupun kalangan Nahdliyyin sendiri.

Menanggapi isu tersebut, Prof. H. Nadirsyah Hosen, Ph.D, Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia dan New Zealand serta Wakil Ketua Dewan Pengasuh Pesantren Takhassus IIQ Jakarta, memberikan klarifikasi melalui postingan di Instagram pribadinya @nadhirsyahhosen_official.

banner 300x250

Dalam postingannya, Nadhirsyah Hosen mengungkapkan keterkejutannya sekaligus memberikan penjelasan terkait latar belakang pertemuan tersebut.

“Saya mengenal beberapa nama yang berangkat menemui Presiden Israel itu. Bahkan saya sudah tabayun dengan salah satunya via WhatsApp. Pengakuannya, undangan diatur lewat jaringan alumni Harvard, dan berkenaan dengan akademik dan start-up. Dan ini diklaim sebagai kunjungan pribadi, bukan atas nama NU,” tulis Nadhirsyah Hosen dalam unggahannya pada Hari Senin (15/7/2024).

Nadhirsyah menambahkan, kalau mereka cuma aktivis dan cendekiawan saja. Ia menyakini bahwa mereka tidak akan masuk radar untuk diundang ketemu Presiden.

“Justru karena ada embel-embel NU-nya makanya mereka diundang. Jadi tidak bisa mengelak dengan mengatakan ini atas nama pribadi. Mohon maaf atas keterusterangan saya ini, tanpa NU mereka bukan siapa-siapa dan tidak bakal masuk radar Israel,” kata Nardhisyah.

Dalam klarifikasinya, Nadhirsyah Hosen juga menegaskan pentingnya mempertimbangkan prinsip-prinsip yang dianut NU dalam mengambil keputusan, terutama dalam konteks geopolitik yang sensitif.

“NU itu bertindak bukan hanya atas pilar tasamuh (toleransi) dan tawasuth (moderasi), tapi juga tawazun dan i’tidal. Tawazun artinya seimbang. Itu sebabnya mereka saat mendapat undangan harus menimbang banyak hal terlebih dahulu, termasuk geopolitik dan konflik yang terjadi saat ini,” imbuh dia.

“I’tidal artinya tegak lurus pada aturan main, keadilan, dan kebenaran. Kita tahu bagaimana Mahkamah Internasional sudah bersikap. Begitu juga kebijakan pemerintah RI soal ini. Jadi yang dilakukan kelima orang itu jauh dari prinsip NU yaitu tawazun dan i’tidal,” ujarnya.

Prof. Nadhirsyah juga mengkritik alasan para aktivis tersebut untuk berdiskusi mengenai konflik dengan Presiden Israel.

“Presiden Israel itu hanya simbol seremonial belaka. Tidak menjalankan roda pemerintahan sehari-hari. Jadi alasan mau berdiskusi soal konflik dengan dia itu menunjukkan ketidakpahaman soal struktur pemerintahan Israel. Lagi pula seruan damai Sekjen PBB dan Paus Fransiskus saja dicuekin, mereka ini siapa kok merasa bisa mempengaruhi kebijakan Netanyahu. Banyakin ngaca mas-mbak,” tutur Wakil Ketua Dewan Pengasuh Pesantren Takhassus IIQ Jakarta.

Dalam akhir postingannya, Nadhirsyah Hosen memberikan saran kepada para tokoh dan aktivis yang diundang dalam program-program kunjungan semacam ini.

“Program kunjungan seperti ini sudah lama berjalan bertahun-tahun dan selalu memicu kontroversi. Saran saya mereka yang merasa tokoh/aktivis/ulama sebaiknya menolak undangan semacam ini selama konflik belum usai. Yang untung cuma Israel dengan kunjungan dari NU. Mudaratnya lebih banyak,” tukasnya.

“Klarifikasi ini diharapkan dapat meredakan kegaduhan yang terjadi dikalangan netizen dan memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai sikap dan prinsip yang dipegang oleh Nahdlatul Ulama dalam menghadapi isu-isu global yang sensitif,” pungkasnya.

banner 1000x130
https://nusantarajayanews.id/wp-content/uploads/2025/05/IMG-20250528-WA0005-e1748427094351.jpg
banner 1000x130 banner 2500x130