banner 1000x130 **************************************** banner 1000x130

Pentingnya Multiliterasi dalam Pendidikan Modern

banner 2500x130 banner 2500x130 banner 1000x130

Oleh: Nimas Ayu Larasati

Di era digital saat ini, multiliterasi menjadi salah satu aspek penting dalam pendidikan modern yang tidak bisa diabaikan. Multiliterasi dan pembelajarannya merupakan jembatan nyata dalam mengembangkan siswa agar mampu hidup dan berkehidupan pada abad ke-21.

banner 300x250

Konsep multiliterasi sebagai konsep penting pendidikan abad ke-21 yang menyatakan bahwa dalam abad ke-21 ini kompetensi terpenting yang harus dimiliki oleh manusia adalah kompetensi abad ke-21.

Kompetensi belajar dan berkehidupan dalam abad ke-21 ditandai dengan empat hal penting yakni kompetensi pemahaman tinggi, kompetensi berpikir kritis, kompetensi berkolaborasi dan berkomunikasi, serta kompetensi berpikir kritis (Abidin, 2018, hlm. 61). The New London Group (2005) menyatakan bahwa pembelajaran multiliterasi terdiri dari empat komponen atau proses pengetahuan, yaitu situasi praktis, pembelajaran jelas, kerangka kerja kritis, dan transformasi praktis.

Menurut Cope dan Kalantzis (2005) dalam (Abidin, 2018, hlm. 57), keempat komponen ini merupakan satu kesatuan yang utuh yang saling menguatkan dan menawarkan pengalaman belajar yang efektif dan efisien.

Berdasarkan pemikiran tersebut, multiliterasi mengacu pada multikonteks, multimedia dan multikultural. Keterampilan multikonteks tidak hanya berhubungan dengan satu konteks, tetapi dengan konteks yang berbeda, baik konteks situasi maupun konteks ilmiah.

Konteks situasional adalah konteks di luar teks yang dengannya konten teks dapat dipahami. Konteks keilmuan berarti teks yang diteliti merupakan teks yang tidak hanya berhubungan dengan bidang ilmu yang berbeda, sehingga kemampuan multiliterasi bersifat interdisipliner atau lintas Kurikulum.

Oleh karena itu, multiliterasi, yang mencakup kemampuan memahami dan menggunakan berbagai bentuk teks, media, dan teknologi, menjadi semakin krusial. Multiliterasi bukan hanya sekedar kemampuan teknis, tetapi juga merupakan kunci untuk berpikir kritis, kreatif, dan menjadi warga negara yang aktif.

Di era globalisasi dan digitalisasi seperti sekarang ini, keterampilan literasi dasar seperti membaca dan menulis sudah tidak lagi cukup untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan masa depan. Pendidikan modern memerlukan pendekatan yang lebih holistik dan menyeluruh, salah satunya adalah melalui multiliterasi. Multiliterasi adalah konsep yang memperluas definisi literasi tradisional dengan memasukkan berbagai bentuk komunikasi dan pengetahuan dalam berbagai konteks budaya dan teknologi.

Multiliterasi, yang mengacu pada kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dalam berbagai bahasa dan format, telah menjadi kunci untuk menghadapi tantangan global dan memanfaatkan kesempatan yang ada. Globalisasi telah membuat dunia menjadi lebih terhubung.

Perdagangan, teknologi, dan budaya telah menjadi semakin transnasional. Dalam situasi seperti ini, kemampuan berkomunikasi dalam bahasa lain bukan hanya merupakan suatu kelebihan, tetapi juga suatu keharusan. Siswa yang dapat berbicara dalam bahasa asing tidak hanya dapat memahami materi pelajaran yang lebih luas, tetapi juga dapat berinteraksi dengan masyarakat global, ini membuka jalan bagi mereka untuk berpartisipasi dalam program pertukaran pelajar, bekerja di perusahaan internasional, atau bahkan menjadi diplomat.

Multiliterasi tidak hanya tentang berbicara dalam bahasa asing, itu juga tentang memahami konteks dan budaya yang terkait dengan bahasa tersebut. Ketika siswa belajar berbagai bahasa, mereka juga belajar tentang sejarah, politik, dan budaya dari negara-negara yang menggunakan bahasa tersebut. Ini memperluas wawasan mereka dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Siswa yang dapat membandingkan dan memahami berbagai perspektif dapat menjadi pemikir yang lebih terbuka dan fleksibel. Pendidikan multiliterasi tidak hanya fokus pada aspek akademis; juga mengembangkan karakter siswa. Ketika siswa belajar berbagai bahasa, mereka belajar tentang kesabaran, ketekunan, dan keberanian. Mereka harus menghadapi tantangan belajar bahasa baru dan beradaptasi dengan budaya yang berbeda. Ini membantu mereka menjadi lebih mandiri dan siap menghadapi tantangan hidup.

Di beberapa negara, bahasa nasional bukanlah bahasa yang dipahami oleh semua warga negara. Dalam situasi seperti ini, multiliterasi dapat meningkatkan akses pendidikan. Siswa yang dapat berbicara dalam bahasa yang lebih umum dapat memahami materi pelajaran yang lebih luas dan berinteraksi dengan guru dan teman-teman dalam bahasa yang berbeda.

Ini membantu mengurangi kesenjangan pendidikan dan memastikan bahwa semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar.

Di era digital, teknologi menjadi semakin penting dalam pendidikan. Multiliterasi tidak hanya tentang berbicara dalam bahasa asing; juga memahami tentang teknologi yang digunakan dalam berbagai bahasa. Siswa yang dapat berinteraksi dengan aplikasi dan situs web dalam bahasa lain dapat mengakses informasi yang lebih luas dan berpartisipasi dalam komunitas global yang lebih besar, Integrasi dalam Kurikulum, Multiliterasi harus menjadi bagian integral dari kurikulum pendidikan.

Mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, siswa perlu dibekali dengan berbagai jenis literasi, seperti literasi digital, literasi visual, dan literasi media. Pembelajaran yang aktif, Pembelajaran yang berpusat pada siswa dan berbasis proyek sangat efektif dalam mengembangkan kemampuan multiliterasi.

Melalui proyek-proyek yang menantang, siswa dapat belajar secara aktif dan menerapkan pengetahuan serta keterampilan yang mereka miliki.

Sintaks Dasar Model Pembelajaran Multiliterasi
Model pembelajaran multiliterasi pada dasarnya adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan keterampilan-keterampilan multiliterasi dalam mewujudkan pembelajaran yang mengoptimalkan keterampilan-keterampilan multiliterasi dalam mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih baik lagi menuju ketercapaian keterampilan belajar abad-21.

Keterampilan multiliterasi yang digunakan sebagai media pencapaian keterampilan belajar siswa adalah keterampilan membaca dan menulis, keterampilan menulis, keterampilan bahasa lisan, dan keterampilan informasi, keterampilan media dan komunikasi. Berdasarkan konsepsi tersebut, model pembelajaran multiliterasi akan memadukan keterampilan literasi yang berbeda dengan disiplin literasi yang berbeda untuk membentuk siswa yang andal dan kompetitif.

Oleh karena itu, sintaks dasar model pembelajaran multiliterasi pada hakikatnya berkaitan dengan sintaks model pembelajaran literasi, baik keterampilan membaca dan menulis maupun keterampilan bahasa lisan.

Oleh karena itu, sintaks dasar model pembelajaran multiliterasi menurut Abidin (2018, hlm.105) terdiri dari tiga fase utama yaitu fase pra aktivitas, fase aktivitas, dan fase pasca aktivitas.

Mengapa Multiliterasi Penting?
Multiliterasi membantu kita untuk menyaring, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi secara bijak Perkembangan Teknologi Teknologi terus berkembang pesat. Untuk dapat mengikuti perkembangan ini, kita perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan berbagai perangkat dan aplikasi secara efektif.

Multiliterasi juga membantu siswa untuk memahami dan berkomunikasi dalam konteks yang lebih luas, melibatkan berbagai budaya dan bahasa. Di dunia yang semakin terhubung, kemampuan untuk memahami perspektif dan praktik dari berbagai budaya adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan toleran. Melalui multiliterasi, siswa diajarkan untuk menghargai keragaman dan mengembangkan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang multikultural dalam pendidikan modern juga, kemampuan untuk menganalisis informasi dan berpikir kritis menjadi semakin penting.

Multiliterasi memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan berbagai jenis teks, media, dan teknologi, sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan untuk menilai keabsahan informasi, mengenali bias, dan membuat keputusan berdasarkan analisis yang mendalam.

Hal ini penting dalam menghadapi arus informasi yang sangat deras di era digital. Multiliterasi juga mendorong pengembangan kreativitas dan inovasi. Dengan memanfaatkan berbagai alat dan media, siswa dapat mengekspresikan ide mereka dengan cara yang lebih kreatif dan beragam.

Misalnya, mereka dapat membuat presentasi multimedia, video, atau bahkan aplikasi mobile untuk menyampaikan pesan atau memecahkan masalah. Kemampuan ini sangat berharga di dunia kerja yang semakin mengutamakan inovasi.

Teknologi harus terus berkembang dengan cepat, dan pendidikan harus mampu mengikuti perkembangan ini. Multiliterasi mengajarkan siswa untuk tidak hanya memahami teknologi, tetapi juga untuk menggunakan teknologi tersebut secara efektif dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa lebih siap menghadapi tantangan masa depan yang semakin digital dan terotomatisasi.

Dalam dunia yang serba terhubung, kemampuan untuk berkomunikasi dengan berbagai cara dan di berbagai platform menjadi sangat penting. Multiliterasi membantu siswa mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih luas, termasuk kemampuan untuk menyampaikan ide secara efektif melalui tulisan, lisan, visual, dan digital. Ini memberi mereka keunggulan dalam berkolaborasi dan berpartisipasi dalam masyarakat yang semakin digital.

Tantangan dalam Implementasi Multiliterasi. Kesenjangan Akses Teknologi Salah satu tantangan terbesar dalam penerapan multiliterasi adalah kesenjangan akses terhadap teknologi. banyak wilayah, terutama di daerah pedesaan atau daerah dengan infrastruktur yang kurang memadai, akses terhadap perangkat digital dan internet masih terbatas. Hal ini menciptakan kesenjangan dalam kemampuan siswa untuk mengembangkan keterampilan multiliterasi yang seharusnya mereka peroleh.

Kurangnya juga Pelatihan Guru, Guru merupakan garda terdepan dalam pendidikan, namun tidak semua guru memiliki keterampilan atau pengetahuan yang memadai tentang multiliterasi. K

urangnya pelatihan dalam penggunaan teknologi dan media baru membuat sebagian guru kesulitan untuk mengintegrasikan pendekatan multiliterasi dalam proses belajar-mengajar. Akibatnya, siswa tidak mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal.resistensi terhadap Perubahan Sistem pendidikan yang sudah mapan seringkali sulit untuk beradaptasi dengan perubahan yang cepat.

Ada resistensi dari beberapa pihak, baik guru, orang tua, maupun pihak sekolah, terhadap penerapan konsep multiliterasi yang dianggap terlalu rumit atau tidak relevan. Padahal, perubahan ini sangat penting untuk mempersiapkan siswa menghadapi dunia yang semakin kompleks dan terhubung.dan kendala Kurikulum Kurikulum yang ada saat ini sering kali belum sepenuhnya mengakomodasi multiliterasi.

Fokus yang masih dominan pada literasi tradisional membuat multiliterasi sering kali dianggap sebagai tambahan, bukan sebagai bagian inti dari pembelajaran. Hal ini membuat penerapan multiliterasi tidak terstruktur dan kurang efektif.

Solusi untuk Mengatasi Tantangan Multiliterasi
Peningkatan Infrastruktur Teknologi Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu bekerja sama untuk meningkatkan akses teknologi di seluruh wilayah, terutama di daerah yang terpinggirkan. Ini termasuk penyediaan perangkat digital, akses internet yang terjangkau, dan fasilitas pendukung lainnya.

Program-program subsidi atau bantuan teknologi bagi siswa yang kurang mampu juga perlu diperkuat. Pelatihan dan Pengembangan Profesional Guru Pelatihan yang berkelanjutan untuk guru sangat penting agar mereka dapat memahami dan mengajarkan multiliterasi dengan efektif.

Program pengembangan profesional yang fokus pada penggunaan teknologi dalam pembelajaran serta pendekatan-pendekatan baru dalam pengajaran multiliterasi perlu diperluas. Dengan demikian, guru akan lebih percaya diri dan mampu mengintegrasikan multiliterasi dalam kurikulum harian mereka.

Perubahan Mindset dan Budaya Sekolah Untuk mengatasi resistensi terhadap perubahan, perlu ada upaya untuk mengubah mindset dan budaya di lingkungan sekolah. Ini bisa dimulai dengan mengedukasi semua pihak tentang pentingnya multiliterasi dalam mempersiapkan siswa menghadapi masa depan.

Pendekatan ini harus inklusif dan melibatkan orang tua, guru, serta siswa, sehingga penerapan multiliterasi menjadi lebih diterima dan dipahami.reformasi Kurikulum Kurikulum perlu direformasi untuk mengintegrasikan multiliterasi sebagai bagian yang esensial, bukan hanya sebagai tambahan.

Ini berarti kurikulum harus dirancang untuk menggabungkan keterampilan literasi tradisional dengan keterampilan digital, visual, dan media lainnya. Dengan demikian, siswa akan mendapatkan pembelajaran yang lebih holistik dan relevan dengan kebutuhan zaman.

Penulis Opini ini yaitu seorang Mahasiswa Universitas Negeri Medan

 

banner 1000x130
https://nusantarajayanews.id/wp-content/uploads/2025/05/IMG-20250528-WA0005-e1748427094351.jpg
banner 1000x130 banner 2500x130