Surabaya |Nusantara Jaya News — Sebuah karya dokumenter yang menyentuh dan sarat nilai budaya dihadirkan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi dan Bisnis Media Universitas Ciputra Surabaya angkatan 2022. Film pendek berjudul “Sepiring Warisan”, hasil produksi unit mahasiswa Oelik Production, membawa penonton dalam perjalanan mengenal kembali kuliner legendaris Surabaya, Lontong Balap. (4/6).
Kuliner ikonik ini bukan sekadar makanan, melainkan simbol warisan budaya yang melekat dalam sejarah dan keseharian masyarakat Surabaya. Sayangnya, di tengah maraknya tren kuliner modern dan makanan cepat saji, Lontong Balap mulai kehilangan pamor di mata generasi muda. Inilah yang menjadi titik tolak bagi Oelik Production untuk menyuarakan pentingnya pelestarian kuliner tradisional melalui pendekatan visual yang menggugah.
“Sepiring Warisan” tidak hanya menyorot kelezatan Lontong Balap, tetapi juga menggali kisah di baliknya—mulai dari sejarah, nilai-nilai perjuangan para penjual yang mempertahankan cita rasa, hingga tantangan regenerasi pelaku usaha di tengah arus modernisasi. Film ini diharapkan mampu membangun kesadaran kolektif, terutama di kalangan anak muda, tentang pentingnya mencintai dan melestarikan kekayaan kuliner daerah.
“Melalui karya ini, Oelik Production berharap Sepiring Warisan dapat menjadi langkah awal dari gerakan kreatif anak muda untuk menjaga kekayaan kuliner Indonesia tetap hidup dan dikenang lintas generasi,” ujar Nadya, sutradara film dokumenter tersebut, saat diwawancarai menjelang peluncuran perdana film.
Penayangan perdana Sepiring Warisan akan digelar secara eksklusif pada awal Juni 2025, bertempat di Dian Auditorium, lantai 7 Universitas Ciputra Surabaya. Acara ini akan dihadiri oleh para mahasiswa, dosen, dan tamu undangan sebagai bentuk apresiasi terhadap kreativitas generasi muda dalam menggunakan medium film untuk menyampaikan pesan budaya.
Lebih dari sekadar tontonan, Sepiring Warisan hadir sebagai seruan lembut namun bermakna untuk tidak melupakan akar budaya, terutama yang berkaitan dengan kekayaan kuliner Nusantara. Kehadiran film ini menjadi bukti bahwa pelestarian budaya tidak harus dilakukan dengan cara konvensional—tetapi juga bisa dibawa ke ranah kreatif dan populer yang dekat dengan generasi muda.
Dengan mengusung semangat lokalitas, edukasi, dan cinta terhadap budaya, film ini menjadi pengingat bahwa sepiring makanan bisa membawa kita pada kisah panjang perjuangan, identitas, dan harapan akan keberlanjutan warisan budaya Indonesia. (Red)