SURABAYA |Nusantara Jaya News – Ada yang menarik dari acara “Menapak Jejak Peradaban Ampel Denta” di Quds Royal Hotel Surabaya pada 8 Agustus 2025. Yaitu interaksi Aksara Jawa dan warga Amerika, yang menginap di hotel tersebut. Yusuf namanya. Dia juga dipanggil Joseph, Warga Amerika yang sedang berwisata selama beberapa hari di Surabaya, Malang, Yogyakarta dan berikutnya Jakarta sebelum ke Eropa.
“Saya akan agak lama di Jakarta sebelum ke Eropa”, ujar Yusuf yang fasih berbahasa Indonesia.
Tidak cuma bahasa Indonesia, Yusuf juga mengerti bahasa daerah. Maklum dia setengah Amerika dan Indonesia.
“Saya juga belajar Hanacaraka”, tambah Yusuf yang senang mendengar ada komunitas aksara Jawa di Surabaya.
Dalam ajang acara “Menapak Jejak Peradaban Ampel” yang digelar di Quds Royal Hotel Surabaya, Yusuf dipameri produk produk UMKM, yang berlabel beraksara Jawa.
“Kedapan Samping”, baca Yusuf dari kalimat beraksara Jawa yang ada di kemasan produk yang dijajakan pada bazaar UMKM.
“Daping” adalah salah satu jenis produk UMKM, yang diperkenalkan oleh komunitas aksara Jawa, Puri Aksara Rajapatni.
Lainnya ada zuppa soup rasa gulai kacang hijau dengan rempah khas Ampel.
“Emh…. Enak ya”, ucap Yusuf yang disuguhi Puri Aksara Rajapatni.
“Ini produk kreatif kami dengan zoup rasa gulai kacang hijau yang menjadi kekhasan Ampel”, terang Novita yang membuka stand atas nama Puri Aksara Rajapatni.
Yusuf kebetulan menginap di Quds Royal Hotel hari itu, hari kedua, dan berkesempatan mengikuti jalannya acara. Keterampilan berbahasa Indonesia memudahkan dia berkomunikasi dan bersosialisasi bersama tamu tamu lainnya dalam acara.
Yusuf memiliki darah campuran, Indonesia-Amerika. Ia pun tertarik dengan budaya Jawa Islam, Nusantara. Bahkan dia belajar Islam, Islam Nusantara. Tak heran bila ia juga tertarik dengan budaya Jawa juga, khususnya peradaban Ampel yang berkembang sejak ajaran yang dikenalkan Sunan Ampel.
Sore itu Yusuf berbusana muslim: bersarung, berbaju Koko dan berkopyah. Diantara tamu tamu, dia paling tinggi.
Dalam pembicaraan budaya dengan tim Puri Aksara Rajapatni, Yusuf berdiskusi tentang tradisi di Jawa misalnya tentang adanya adat dan tradisi kuburan. Tak lupa juga berdiskusi tentang pelestarian aksara Jawa.
Dijelaskan kepadanya bahwa leluhur yang pernah hidup di Ampel Denta pernah menggunakan aksara Jawa sebagai bahasa komunikasi tulis. Itu terbukti dengan adanya inskripsi beraksara Jawa di salah satu Gapura di komplek masjid Ampel.
Selain jagongan, Yusuf juga datang mengikuti sarasehan, yang dihadiri oleh sekitar 40 peserta. Kemampuannya mengerti bahasa Indonesia membantunya dalam memahami jalannya sarasehan mengenai jejak peradaban di Ampel Denta.
Berdiskusi tentang orang Jawa, sempat juga menyinggung tentang orang Jawa di negeri Suriname.
“Bagaimana bahasa orang Jawa Suriname?”, tanya Yusuf kepada Rajapatni
“Mereka bicara bahasa Jawa tapi umumnya menggunakan gaya ngoko karena sejarahnya, jumlah orang yang dikirim ke Suriname untuk bekerja di perkebunan tebu, adalah anak anak, yang masih usia remaja. Bahasanya lebih ke tingkatan ngoko. Sementara setingkat tenaga ahli jumlahnya sedikit” , jawab Nanang, ketua Puri Aksara Rajapatni, yang pernah tinggal sebulan di Suriname. (nng)