Medan |Nusantara Jaya News – Pengamat Politik dan Kebijakan Publik, Dr. Agus Purwanto, M.Kesos, menanggapi pernyataan Muhaimin Iskandar yang mengajak tiga menteri melakukan “tobat nasuha” pasca bencana di Sumatera.
Menurutnya, pernyataan tersebut tidak hanya bersifat kritik verbal, tetapi merupakan pesan politik yang memiliki makna bertingkat.
Dr. Agus menjelaskan bahwa pada level denotasi, ajakan tersebut merupakan kritik terhadap kinerja pemerintah, khususnya terkait respons penanganan bencana.
Pada level konotasi, penggunaan istilah religius menjadi simbol moralitas dan integritas pejabat publik.
Sementara pada level mitos, pernyataan itu berpotensi membangun narasi pemerintah yang dianggap lalai atau kurang peduli terhadap rakyat.
Dr. Agus menegaskan pentingnya kehati-hatian dalam penyampaian pernyataan publik, terutama di tengah situasi duka masyarakat terdampak bencana.
Ia menekankan dua prioritas utama saat ini: menguatkan solidaritas sosial dan melakukan evaluasi kebijakan secara objektif, bukan melalui retorika simbolik.
Ia mengajak seluruh pihak, baik pemerintah maupun tokoh politik, untuk menghindari framing yang berpotensi memicu polarisasi.
Fokus yang lebih mendesak adalah memastikan perlindungan, pemulihan, dan keselamatan bagi para korban bencana.
Lebih jauh, Dr. Agus menegaskan bahwa tragedi kemanusiaan seharusnya menjadi momentum bagi seluruh elemen bangsa untuk memperlihatkan kedewasaan politik.
Ia menyerukan agar elite tidak larut dalam pertarungan narasi, tetapi menunjukkan kepemimpinan yang menyejukkan, bertanggung jawab, dan berorientasi pada penyelamatan warga.
“Inilah saatnya negara hadir secara penuh, bukan hanya lewat kebijakan teknis, tetapi melalui komitmen moral yang tulus untuk berdiri bersama rakyat,” ujarnya. (Tim)


****************************************












