banner 1000x130 **************************************** banner 1000x130

Diskusi Rancangan Roadmap Feminisme Pancasila Satukan Sarinah GMNI se-Indonesia dan Galang Dana Kemanusiaan Menutup 2025

banner 2500x130 banner 2500x130 banner 1000x130

Jakarta|nusantara jaya news – Menyampaikan Ibu Nasional sekaligus refleksi akhir tahun 2025, Sarinah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) se-Indonesia menggelar diskusi daring bertajuk “Feminisme Pancasila: Pelopor Perempuan Terpelajar Masa Kini” melalui Zoom dan siaran langsung YouTube, yang dirangkaikan dengan penggalangan dana untuk membantu penyintas bencana di Sumatera. Forum yang diinisiasi DPC GMNI Jakarta Timur ini diproduksi dengan dukungan Social Corner dan PT Quality, serta menghimpun partisipasi lintas daerah.(25/12)

 

banner 300x250

Acara dipandu Michelle Filadelfia (Komisariat GMNI Universitas Jayabaya). Dalam laporan kegiatan, Ketua Pelaksana Sarinah Yulia Brian Dini (Komisariat GMNI Universitas Ibnu Chaldun) mencatat antusiasme tinggi sekitar 200 peserta. Mengawali rangkaian diskusi, Tiarma Simanjuntak, S.H. (Kabid Kesarinahan DPC GMNI Jakarta Timur) menekankan jiwa keibuan sebagai kekuatan moral gerakan yang menjaga disiplin ideologis dan merawat keutuhan persatuan GMNI melintasi batas geografis maupun sekat kedaerahan.

 

Sebagai keynote speaker, Ibu Eva Kusuma Sundari dari Institut Sarinah Indonesia menegaskan Feminisme Pancasila sebagai kerangka keadilan gender khas Indonesia yang berakar pada nilai Pancasila, pemulihan relasi sosial dan tanggung jawab historis perempuan sebagai perawat peradaban.

 

Paparan tersebut kemudian diperdalam melalui panel multidisipliner berawal dari Ibu Dr. Dra. Immaculata Fatima, M.MA. (Wakil Rektor Universitas Flores, NTT) menyoroti dimensi ekonomi dan menegaskan pendidikan perempuan sebagai kunci penguatan ekonomi rakyat. Kemudian Ibu Susi Maryanti, S.H., M.H. (DPN PERADI, Perlindungan Perempuan/Anak/Disabilitas) mengingatkan rumah kerap menjadi ruang pelanggaran HAM dan menekankan urgensi akses keadilan bagi korban. Lalu Ibu Prof. Dr. dr. Margarita Maria Maramis (Guru Besar Psikiatri Universitas Airlangga) menegaskan kesehatan mental sebagai hak dasar di tengah beban ganda, tekanan ekonomi, dan stigma. Sementara Ibu Agnes Sri Poerbasari (Dewan Ideologi DPP Persatuan Alumni GMNI) menegaskan kesetaraan formal harus diterjemahkan menjadi pembebasan nyata melalui perubahan pranata sosial dan norma budaya yang timpang.

 

Diskusi dipandu oleh moderator Intania Putri Mardiyani dan Andi Tenry Azzah, menjaga alur dialektika lintas perspektif ekonomi, hukum, kedokteran, dan sosiologi.

 

Kader pelopor GMNI R. Bg. Angelo Basario Marhaenis Manurung, S.Psi., S.I.Kom (C)., M.Psi (C) menyampaikan selamat atas terselenggaranya kegiatan awal yang baik sebagai penutup akhir tahun 2025 dan pembuka semangat pembaharuan dalam ber-GmnI bagi sarinah-sarinah.

 

Angelo menegaskan forum ini menjadi tonggak awal bagi rangkaian diskusi dan kerja sinergitas antar-Sarinah se-Indonesia yang akan diperluas sepanjang tahun 2026, agar persatuan GMNI semakin utuh dan solid.

Dalam satu tarikan pesan yang sama, Angelo turut menyampaikan ucapan Natal dengan solidaritas harus diwujudkan dengan empati nyata. Memikirkan dan membantu para penyintas di tenda-tenda Sumatera dan NTT, tempat kebencanaan, juga kaum miskin papa, serta tenda-tenda yang tak terlihat di Papua dan Aceh. Semoga kita tidak larut mengikuti kelompok-kelompok sumbu pendek yang mudah terpancing, gemar melarang dan menjadikan perbedaan sebagai alasan untuk memutuskan salam persaudaraan, termasuk melarang orang lain mengucapkan selamat pada hari raya keagamaan di bumi pertiwi ini.

 

Kalau jadi Islam jangan jadi orang Arab, kalau Kristen jangan jadi orang Yahudi, kalau Hindu jangan jadi orang India, tetaplah jadi orang Nusantara dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini. Marilah merdeka di dalam GmnI sendiri sebelum memerdekakan, sebelum memperjuangkan rakyat di tiap daerah para bung dan sarinah.(Rif)

 

banner 1000x130
banner 1000x130 banner 2500x130