JAWA (nusantarajayanews.id) – Suku Kalang, merupakan suku yang cukup fenomenal. Diyakini sebagai salah satu Suku asli orang Jawa. Hidup ribuan tahun silam.
Menurut cerita, pada zamannya, dahulu kala, pernah hidup suku bangsa kecil. Bernama suku Kalang. Kebanyakan orang, menyebutnya dengan julukan Wong Kalang. Suku ini hidup di hutan-hutan. Akhirnya, hilang seiring dengan berkembangnya waktu.
Bagi orang Jawa, suku Kalang sebenarnya cukup banyak diceritakan. Mereka, disebut memiliki ekor kecil. Dianggap suku yang aneh dan misterius. Namun, mempunyai kemampuan daya linuwih. Diatas rata-rata suku lain. Suku Kalang dikenal, ulet, rajin dan memiliki kekayaan berlimpah.
Suku Kalang, memiliki kultur kebudayaan berbeda. Dari masyarakat Jawa, umumnya. Walau, dari dari warna kulit, cara berpakaian, dan bahasa, memilik kemiripan dengan etnis Jawa. Namun tetap terdapat perbedaan yang signifikan. Kendati, keduanya sudah melalui proses berabad-abad. Hidup berdampingan. Bisa disebut, Suka Kalang, merupakan subetnis Jawa. Setimbang etnis tersendiri. Jika dianggap berlebihan, tepat disebut (fenomena), subkultur Jawa.
Pembeda Suku Kalang dengan Suka Jawa. Ini cukup signifikan.Pertama berbeda dengan etnis Badui. Dimana, label “Badui” -nya, disematkan pihak orang luar. Sementara, pada Suku Kalang, atribut ‘Kalang”, diklaim oleh mereka sendiri.
Ini berarti, nama; “Kalang” merupakan kontruksi identitas. Eksistengsinya, dibangun oleh kelompok Wong Kalang, itu sendiri. Kontruksinya, ke-liyan-an bukan ditentukan oleh Wong Jawa.
Kedua, sistem perkawinan. Sifatnya, cenderung endogami. Yaitu, mereka memilih tidak akan menikah, dengan orang selain sukunya. Jikat melanggar, maka dianggap, bukan Kalang sejati.
Mayoritas perkawinan Suku Kalang, terjadi dengan para keponakan. Malah, bisa pada garis pertama. Tidak hanya itu, para suku Kalang, sering terjadi saling tukar partner pernikahan. Diantara suku Kalang lain.
Ketiga, soal profesi. Mayoritas Suku Kalang merupakan pedagang. Sebagian bertukang. Bukan petani. Seperti profesi umum masyarakat suku Jawa. Dimana kemudian terlihat, budaya Suku Kalang, walau pun minoritas, dan dianggap minor dari budaya suku Jawa, justru berada diposisi superior. Setidaknya, dalam catatan sejarah di Kotagede. Ini menunjukkan, adanya, keberhasilan capaian ekonomi mereka.
Keempat, tentang budaya. Dimana, pada Suku Kalang, cenderung kaku. Sangat mempertahankan keasliannya. Yakni, ritus-ritus pra-Islam. Beda, dengan budaya Jawa. Yang berkembang dengan asimilasi berbagai ritus.
Namun, Wong Kalang, jika, ditanya perihal agama, mereka mengaku Islam. Tapi, suku Kalang masih memiliki, ritual pemakaman obong kalang, misalnya. Yang notabene, sudah tidak populer pada tradisi Jawa.
Menariknya, pada upacara obong kalang, kelompok ini, tidak membakar jasad orang yang meninggal. Seperti upacara ngaben. Di Bali. Melainkan, membakar boneka “puspa gambar”. Sebuah boneka terbuat dari kayu. Biasanya, boneka itu didandani. Pakai baju, yang biasa dikenakan orang semasa hidupnya. Sementara jasadnya, tetap dikubur. Seperti, biasanya. Sementara, jadwal ritual obong kalang, menyerupai sistem kalender budaya Hindu Bali. Bukan sistem kalender budaya Jawa. (red)