SURABAYA |nusantarajayanews.id – Menjelang Ramadan, Dai kondang Drs. H. Wijayanto, MA, menyapa warga Surabaya lewat acara Tabligh Akbar yang berlangsung di halaman Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Jl. Medokan Semampir, Jumat (8/2/2024) sore.
Ustaz yang satu ini piawai dalam melontarkan joke-joke kocak dan cerdas. Menariknya, joke itu tidak sekadar humor biasa, tetapi selalu kontekstual dengan tauziyah yang disampaikan.
Baru membuka talkshow, Wijayanto sudah mengeluarkan kelakar pancingan. “Bapak-bapak dan Mas-mas, saya berpesan, jangan menikah dengan wanita yang berkacamata. Mengapa? Karena menurut teori psikologi, orang berkacamata itu bukan orang setia,” katanya.
Kontan ucapan itu bikin penasaran para undangan yang terdiri dari wali murid dan siswa SD hingga SMA itu.
Sejurus kemudian penceramah alumnus Universitas Islam Internasional Islamabad itu membeberkan argumentasinya. “Wanita berkaca mata itu kalau bangun pagi yang dicari pertama bukan suaminya, tetapi kacamatanya. Kalaupun kacamatanya sudah ketemu yang dicari juga bukan suaminya lagi, tetapi hapenya,” ujarnya disambut tawa jemaah.
Pada bagian lain Ustaz Wijayanto menyampaikan pesan penting, tetapi tetap dibalut humor. Menurutnya, setiap muslim dalam menjalankan ibadah hendaknya senantiasa menggunakan ilmu dan amal. Kemudian dicontohkan, ada kejadian seorang bocah bertanya kepada mamanya tentang hukum puasa. Terjadilah dialog sebagai berikut.
“Ma, mengeluarkan airmata itu mbatalin puasa, enggak?“ tanya si anak.
“Ya enggak lah, sayang,” jawab Mama dengan pede, karena dia merasa telah paham ilmu fiqih.
Tetapi si ibunda itu kemudian kepo.
“Memangnya kenapa kamu mengeluarkan airmata?” tanyanya balik.
“Iya, ceritanya tadi aku makan nasi goreng, lalu kepedesan. Jadinya nangis,” jawab anak itu enteng saja.
“Huss, kalau itu batal puasanya,” sergah Mama.
Meski banyak humor, Dai asal Surakarta ini tetap banyak mengutarakan ajaran serius. Di antaranya, saat sesi tanya jawab ada siswa bertanya: apa peran dan kewajiban kami sebagai generasi Z terhadap Al-Qur’an?
“Kewajiban muslim terhadap Al-Qur’an itu ada lima. Pertama, membaca. Kedua, memahami. Membaca saja akan mendapat pahala, tetapi kalau memahami Al-Qur’an akan mendapat hidayah,” jawabnya.
Sedangkan kewajiban ketiga adalah menghafalkan, dan keempat meyakini dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Tambah satu lagi yang derajatnya paling tinggi. Yaitu menyebarluaskan Al-Qur’an, mengajarkannya kepada orang lain,” katanya.
Pada talkshow tersebut juga tampil Ustaz Dr. M. Sulthon Amien, MM. Dalam paparannya, Ketua Dewan Pembina Yayasan SAIM itu menyoroti pentingnya melakukan sedekah, terutama di bulan Ramadan, dengan cara memberi contoh konkret.
Dikisahkan, ada seorang tukang becak yang mendapat saran dari seorang penumpang yang kaya. Penumpang itu berkata: “Bapak mau kaya? Kalau mau lakukan dua hal ini. Salat Subuh berjamaah dan bersedekah.”
Tukang becak tersebut kemudian mengikuti nasihat tersebut. Rutin dilakukan istikamah setiap hari. Terbukti kemudian rezekinya membaik.
“Semakin ditambah nominal sedekahnya, semakin meningkat omzetnya dalam berbisnis sosis. Sekarang dia sudah menjadi milyander dengan memiliki banyak cabang di Madura sana,” kata Ust Sulthon.
Agar antara ilmu dan amal benar-benar bergandengan dan mewujud, maka SAIM sore itu meluncurkan program Berkah Pendidikan. Setiap siswa mendapatkan satu kaleng (celengan) untuk menabung. Selama bulan Ramadan tugas siswa, dibantu walimurid tentunya, memasukkan uang setiap hari ke kaleng Si Kaum tersebut. Setelah itu disetor ke panitia, untuk dimanfaatkan sebagai dana sosial.
“Kami bekerja dengan Yayasan Seribu Senyum. Hasil infak itu nanti akan digunakan untuk membantu memperbaiki sarana sekolah yang rusak di Kota Surabaya. Insyaallah berkah dan manfaat,” kata Aziz Badiansyah, M.MPd, Direktur SAIM, saat memberikan sambutan pembuka. (Red)