Pada bulan maret 2024 telah terjadi bencana di berbagai daerah di Indonesia. Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) menjelaskan terdapat 3 provinsi dengan bencana tertinggi yaitu Jawa Tengah dengan 28 kejadian, Jawa Timur dengan 26 kejadian, dan Sumatera Barat dengan 23 kejadian. Diantara bencana yang melanda yaitu bencana hidrometeorologi basah yaitu banjir dengan 105 kejadian, cuaca ekstrim 25 kejadian, tanah longsor 14 kejadian, dan abrasi dengan 1 kejadian.
Tingginya bencana hidrometeorologi tidak terlepas wilayah geografis Indonesia yang memiliki variabilitas iklim yang heterogen. Berbagai fenomena alam terjadi menjadi penyebab cuaca ekstrim. Diantaranya terjadinya siklon tropis maupun El Nino pada rentang waktu tertentu.
El Nino yang terjadi sejak Juni 2023, saat ini sedang berada di fase lemah yang akan berlangsung hingga april 2024. El Nino menyebabkan berkurangnya curah hujan dan memicu musim kemarau lebih panjang dan kering.
Seperti diketahui El Nino pada tahun lalu menyebabkan kekeringan dan berdampak pada gagalnya panen di sektor pertanian. Bahkan El Nino juga berpotensi meningkatkan risiko penyakit diantaranya infeksi saluran pernafasan, demam berdarah, dan diare.
Selama El Nino, pola sirkulasi angin dan arus laut mengalami perubahan besar, yang kemudian bisa berbalik ketika El Nino mereda. Pendinginan yang berlebihan di perairan Pasifik selama fase ini, dapat memicu munculnya La Nina sebagai respon alam untuk mengembalikan sistem atmosfer ke kondisi yang lebih seimbang. La Nina memiliki dampak bersifat global, terutama terjadinya peningkatan curah hujan di wilayah Pasifik Barat. Fenomena ini menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi.
Berdasarkan Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Supari mengatakan bahwa di wilayah Indonesia, dampak La Nina berupa peningkatan curah hujan mencapai 20-50%. La Nina telah menyebabkan terjadinya cuaca ekstrim di Indonesia yang berdampak pada terjadinya bencana banjir dan longsor. Berdasarkan prakiraan BMKG, peluang terjadinya La Nina untuk menggantikan El Nino pada bulan Juni, Juli, dan Agustus 2024 sebesar 60%.
Fenomena bencana yang melegenda ini mengingatkan pada kandungan QS At-Taghaabun ayat 11, “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Secara implisit, ayat ini mengandung arti bahwa cara pandang kita, sangat menentukan kita dalam menyikapi bencana yang datang.
Bencana merupakan bagian dari kasih sayang Allah kepada hambaNya agar manusia terhindar dari kerusakan yang lebih parah. Bencana harus dipandang sebagai kondisi yang dapat menggerakkan manusia untuk mengevaluasi, dan memperbaiki hubungannnya dengan alam agar lebih harmonis. Tentunya, hal ini juga diikhtiari dengan melakukan penelitian dan pengembangan ilmu agar manusia mampu hidup damai dengan alam semesta. Upaya kepedulian lingkungan dan saling berkolaborasi menjaga lingkungan dari kerusakan. Dengan begitu, keseimbangan alam dapat terjaga dan bencana hidrometeorologi dapat diminimalisir. Wallahu’alam.
*) Susiani Setyaningsih, M.Pd, Guru IPS SMP Al Hikmah Surabaya