Surabaya | Nusantara Jaya News – Kader Muda Nahdlatul Ulama Jawa Timur, Ustadz Dr. Nur Kholis Majid, M.HI merespon isu yang beredar di media sosial mengenai logo plesetan NU menjadi logo “Ulama Nambang”. Menurutnya, isu ini muncul dari warganet dan memicu berbagai respon.
“NU sebenarnya singkatan dari Nahdlatul Ulama, yang berarti kebangkitan ulama Nusantara. Namun, ada yang memplesetkan menjadi ‘Ulama Nambang’. Plesetan ini sebenarnya adalah interpretasi dari kebijakan pengurus besar Nahdlatul Ulama yang ingin mengelola tambang,” jelas Majid sapaan akrabnya saat ditemui wartawan Media Nusantara Jaya News di rumah kediaman beliaunya di Kalilom lor Baru III Surabaya, pada hari Sabtu (22/6/2024).
Ia menambahkan bahwa sikap husnuzan (berprasangka baik) perlu dikedepankan. “Kita harus bersikap husnuzan bahwa apa yang dilakukan oleh NU adalah untuk menciptakan kemandirian ekonomi bagi organisasi,” ujarnya.
Nur Kholis Majid mengapresiasi kebijakan ini karena menurutnya, NU sebagai organisasi terbesar di Indonesia telah memberikan kontribusi besar bagi bangsa dan negara, termasuk dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
“Dalam menciptakan kemandirian ekonomi, NU tentu perlu memiliki usaha-usaha yang berorientasi pada keuntungan, namun bukan untuk kepentingan pribadi melainkan untuk kepentingan lembaga,” kata kader muda NU Jatim.
Namun, ia juga menekankan pentingnya mencari tahu motif di balik plesetan terhadap logo ini. “Apakah ada unsur penghinaan terhadap NU? Jika memang betul ada, harus dicari motifnya dan diproses hukum untuk memberikan efek jera kepada pelaku,” tegasnya.
Nur Kholis menambahkan bahwa NU adalah organisasi yang diridhai oleh Allah dan tetap eksis hingga kini karena rahmat-Nya.
“Organisasi Nahdlatul Ulama yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala akan terus eksis di tengah masyarakat. Oleh karena itu, kita harus menyesalkan dan menyayangkan mengapa ada pihak yang mencoba menghina NU dengan plesetan tersebut,” tutur Nur Kholis.
Sebagai kader, Nur Kholis menekankan pentingnya pengelolaan tambang dengan baik dan tanpa menimbulkan kerusakan lainnya.
“Yang penting adalah tambang itu dikelola dengan baik dan tidak menimbulkan kerusakan. Apa salahnya jika NU mengelola tambang untuk kemandirian ekonomi? Kenapa harus ada respon sinis?” tanyanya.
Ia menyatakan bahwa tindakan menghina NU sangat ironis dan menyesalkan hal tersebut. “Saya yakin jika tindakan itu memang dilakukan untuk menghina, maka harus diproses hukum. NU adalah organisasi yang sangat diridhai Allah, dan tindakan menghina terhadapnya tidak dapat ditoleransi,” tutup Nur Kholis.