Surabaya | Nusantara Jaya News – Peresmian destinasi wisata baru “Kota Lama” Surabaya telah menarik perhatian masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Banyak harapan yang muncul dengan dikenalkannya wisata bersejarah ini kepada khalayak luas.
Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya, H.M. Ali Affandi L.N.M., Kota Lama memiliki potensi besar sebagai penggerak ekonomi warga serta memperkuat semangat perjuangan dan toleransi di kalangan warga Surabaya.
“Kota Lama Surabaya memiliki banyak simbol yang dapat menjadi magnet bagi ekonomi dan pariwisata Surabaya,” ungkap Mas Andi, panggilan akrab H.M. Ali Affandi L.N.M., di Surabaya pada Sabtu (6/7/2024).
Menurut Mas Andi, Kota Lama Surabaya adalah pusat ekonomi dan pemerintahan pada masa lampau. Kawasan ini kaya akan bangunan bersejarah dan cagar budaya dengan nilai seni dan sejarah yang mendalam, yang berkontribusi pada perkembangan kota Surabaya. Hingga kini, Kota Lama tetap menjadi pusat perdagangan yang aktif, dengan pasar-pasar lama yang masih beroperasi.
Beberapa pusat perdagangan yang terkenal di antaranya adalah Pasar Gembong dan Pasar Kapasan, yang masih menjadi tempat utama perdagangan grosir berbagai produk garmen dan tekstil dari warga Jawa Timur. Selain itu, terdapat juga Pasar Pabean, pasar rempah-rempah yang sudah berusia lebih dari 175 tahun dan kini menjadi pusat grosir kebutuhan pokok, rempah-rempah, dan ikan laut.
“Keberadaan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang mengunjungi Kota Lama. Mereka tidak hanya bisa menghayati gemerlap pasar zaman kolonial, tetapi juga menikmati belanja dengan harga yang terjangkau,” tambahnya.
Dengan Kota Lama Surabaya menjadi salah satu destinasi pariwisata utama, ini akan membuka peluang bagi munculnya usaha-usaha baru yang mendukung pengembangan tersebut. “Pegiat pariwisata akan berinovasi dalam menawarkan paket wisata seperti naik Jeep, sewa sepeda antik, atau sepeda listrik untuk menjelajahi Kota Lama. Inilah yang bisa menjadi ladang usaha baru,” jelasnya.
Tidak hanya itu, Kota Lama juga merupakan simbol dari perjuangan Arek-arek Surabaya melawan penjajah Belanda. Tempat bersejarah ini menjadi saksi bisu pertempuran pada 10 November 1945 dan lokasi jatuhnya Jenderal A.W.S Mallaby di Jembatan Merah yang terletak di Kota Lama.
“Banyak sejarah yang dapat kita kenang di sini, dan banyak nilai yang bisa kita ambil dari hikmahnya, mulai dari semangat perjuangan hingga nilai toleransi yang melekat kuat,” tandasnya.
Oleh karena itu, ia sepakat dengan pengembangan Kota Lama menjadi empat zona utama, yaitu Zona Eropa, Pecinan, Melayu, dan Arab. Dengan pengembangan ini, Kota Lama Surabaya menjadi kawasan Kota Tua terluas di Indonesia.
Setiap zona memiliki ciri arsitektur yang unik dan bersejarah, yang menarik pengunjung untuk menyusuri kisah-kisah masa lalu yang tersembunyi di balik megahnya bangunan-bangunan tersebut. Kota Lama ini ibarat laboratorium arsitektur global, di mana para wisatawan dapat mempelajari kekhasan bangunan dari berbagai negara pada masa lampau.
“Di sini, para arsitek dapat belajar beragam ciri khas bangunan dari berbagai belahan dunia pada masa lalu,” pungkasnya.