Nusantara|Nusantara Jaya News – Suku Bugis merupakan salah satu kelompok etnis yang kaya akan sejarah dan budaya di Indonesia. Tergolong ke dalam suku-suku Melayu Deutero, Bugis memasuki Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia. (29/8/24)
Nama “Bugis” sendiri berasal dari kata “To Ugi,” yang berarti orang Bugis. Nama ini merujuk pada La Sattumpugi, raja pertama dari Kerajaan Cina di Pammana, Kabupaten Wajo.
Masyarakat Bugis menyebut diri mereka sebagai “To Ugi,” yang berarti pengikut atau orang-orang dari La Sattumpugi.
La Sattumpugi merupakan ayah dari We Cudai dan saudara Batara Lattu, yang merupakan ayah dari Sawerigading.
Kisah Sawerigading Opunna Ware (Yang Dipertuan di Ware) merupakan salah satu kisah yang paling dikenal dalam tradisi sastra Bugis, tercatat dalam karya sastra terbesar di dunia, I La Galigo, dengan lebih dari 9.000 halaman folio.
Dalam perjalanan sejarahnya, masyarakat Bugis membentuk beberapa kerajaan yang menjadi pusat peradaban di Sulawesi.
Kerajaan-kerajaan Bugis klasik yang terkenal antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto, Sidenreng, dan Rappang.
Meski tersebar dalam wilayah yang berbeda, suku Bugis tetap mempertahankan identitas budaya, bahasa, aksara, dan sistem pemerintahan mereka.
Saat ini, orang Bugis tersebar di berbagai kabupaten di Sulawesi, seperti Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, dan Barru.
Daerah peralihan antara suku Bugis dan suku lain, seperti Makassar dan Mandar, terletak di Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan, serta Polmas dan Pinrang.
Kerajaan Luwu dikenal sebagai salah satu kerajaan tertua, berdiri sejajar dengan kerajaan-kerajaan lain seperti Kerajaan Cina, Mario, dan Siang, yang kini menjadi bagian dari sejarah panjang suku Bugis di Sulawesi. (Red)