Surabaya | Nusantara Jaya News – Pilkada serentak 2024 di Kota Surabaya, secara diketahuinya hingga ditutup pendaftaran calon pada tanggal 29 Agustus kemarin, hanya terdapat satu pasangan calon yang melakukan pendaftaran yaitu Eri Armuji dengan didukung oleh 18 Partai Politik, secara logika tidak akan ada lagi pendaftar meski dilakukan perpanjangan.
Terkait, hal ini malah membuat miris para aktifis yang ada di Jawa Timur (Jatim) seperti yang telah disampaikan oleh Sudarsono yang juga Politikus kawakan serta mantan ketua DPD Parpol di Surabaya.
“Sepertinya PilKaDa Kota Surabaya tidak menarik sebagai tontonan Demokrasi 5 Tahunan,” ujar Cak Dar, sapaan akrabnya dalam keterangan pers diterima oleh redaksi Sabtu (31/8/2024).
Berpotensinya Er-Ji melawan bumbung kosong sebagai lawan tanding, ia justru menilai kegagalan Partai Politik yang ada di Surabaya gagal menciptakan kadernya sesuai dengan amanat Undang-Undang.
“Partai-partai Politik yang ada di Surabaya tidak mampu dan gagal memenuhi Amanat Undang-Undang No 2 Tahun 2008 Pasal 11 Poin 5 yaitu bahwa fungsi Partai Politik adalah sebagai sarana rekruitmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi, tidak bisa dilakukan,” katanya.
“Kalau demikian buat apa ada Partai Politik kalau mereka tidak mau atau tidak mampu mempersiapkan kader-kader pemimpin di Surabaya, masak hanya berburu kekuasaan saja,” ungkap Cak Dar.
Cak Dar mengungkapkan bahwa Surabaya sebagai kota pahlawan dan bersejarah, banyak melahirkan pemimpin – pemimpin nasional seperti bung karno yang besar dan ditempa dari Surabaya.
“Beliau menjadi Proklamator dan Presiden RI yang pertama, saat ini juga banyak kader-kader dari Surabaya yang tampil dalam kancah Nasional seperti Khofifah dan Tri Rismaharini yang saat ini ikut Kontestasi di Pilgub Jatim dan masih banyak lagi, masak hanya sekelas Walikota saja tidak bisa, ngisin-ngisin i jare Arek Suroboyo ae (malu-maluin kata Arek Surabaya saja),” tutur Cak Dar.
Sebelumnya kepala KPUD Surabaya meyakini bahwa tidak akan ada lagi yang bisa mendaftar, mengingat seluruh Parpol mendukung Er-Ji.
“Secara logika politik, hari ketiga besok pastinya tidak akan ada bakal pasangan calon lainnya (yang mendaftar),” imbuh Suprayitno Ketua KPU Surabaya kepada Radio Suara Surabaya, Rabu siang (28/08/2024) lalu.
Sedangkan ditempat lain, Mochamad Afifuddin Ketua KPU RI dalam sesi jumpa pers di Kantor KPU RI, Jakarta, menyebut ada 48 daerah yang berpotensi hanya punya calon tunggal. Rinciannya, dia melanjutkan ada satu provinsi, yaitu di Papua Barat, kemudian di lima kota dan 42 kabupaten.
Namun beberapa saat setelah jumpa pers, KPU memperbarui data daerah yang berpotensi memiliki calon tunggal menjadi 43 daerah, yang terdiri atas satu provinsi di Papua Barat, lima kota, dan 37 kabupaten.
Oleh karena itu, KPU Daerah di daerah-daerah tersebut kembali menggelar sosialisasi pada 30 Agustus sampai dengan 1 September 2024 untuk menarik minat warga mencalonkan diri, dan memperpanjang masa pendaftaran mulai 2 September 2024 dengan 4 September 2024.
Menanggapi hal itu juga, Achmad Garad selaku koordinator Gabungan Rakyat Demokrasi, yang sebelumnya memberikan warning kepada KPUD Surabaya guna memberikan solusi supaya jangan sampai kota Pahlawan hanya mempunyai satu kandidat saja demi menjaga kestabilan demokrasi di Kota kelahirannya tersebut.
“Seperti yang disampaikan Pak Afifuddin, seharusnya KPUD Surabaya melakukan sosialisasi dulu untuk menarik minat warga mencalonkan diri,” tuturnya, saat ditemui di Taman Bungkul Surabaya, Jumat (30/08/2024) kemarin malam.
Namun, ia juga masih mencari penjelasan atas apa yang disampaikan oleh Ketua KPU RI tersebut terkait bahasa perpanjangan waktu pendaftaran, supaya ada warga yang ikut mendaftar.
“Bahasa ini, menurut saya masih bias, yang dimaksud dengan biar warga ikut mendaftar ini bagaimana, kan Parpol sudah diborong semua,” tukas Garad.
Sesuai yang disampaikannya beberapa waktu lalu, ia mendorong KPU Surabaya dalam memberikan perpanjangan seharusnya juga dari jalur independen.
“Saya yakin selain Er-Ji, masih ada yang berani tampil dan memenuhi syarat, lha wong arek Suroboyo Iki kan tipikal petarung (lha orang Surabaya ini kan tipikal petarung,” tukas dia.
“Kalah menang itu biasa, yang penting jangan sampai melawan kotak kosong, kesannya itu tidak bagus untuk kestabilan demokrasi di Kota Pahlawan ini,” tukasnya.