banner 1000x130 **************************************** banner 1000x130

KAMPANYE DI MEDIA SOSIAL DAN KOMUNITAS UNTUK MENGEDUKASI DAMPAK NEGATIF CATCALLING

banner 2500x130 banner 2500x130 banner 1000x130

Catcalling, tindakan pelecehan verbal di ruang publik, telah menjadi masalah sosial yang signifikan di berbagai belahan dunia. Artikel ini membahas peran kampanye di media sosial dan komunitas dalam mengedukasi masyarakat tentang dampak negatif catcalling. Pendahuluan menguraikan pentingnya menyuarakan ketidaksetujuan terhadap perilaku ini serta upaya pencegahan yang dapat dilakukan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kepustakaan literatur dengan menganalisis berbagai sumber yang membahas dampak

catcalling, efektivitas kampanye sosial, dan peran media dalam mengubah persepsi publik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kampanye di media sosial yang berbasis pada kesadaran dan edukasi memiliki dampak yang signifikan dalam mengubah persepsi masyarakat, mengurangi tindakan pelecehan verbal, serta menciptakan ruang publik yang lebih aman. Kesimpulannya, untuk mencapai perubahan sosial yang berkelanjutan, penting untuk melibatkan komunitas dalam kampanye yang efektif dan mendidik tentang bahaya catcalling.

Kata Kunci: Catcalling, Pelecehan verbal, Kampanye media sosial, Edukasi masyarakat

Catcalling, a form of verbal harassment in public spaces, has become a significant social issue worldwide. This article discusses the role of social media campaigns and community involvement in educating the public about the negative impacts of catcalling. The introduction outlines the importance of voicing disapproval of such behavior and the preventive measures that can be taken. The research methodology employs a literature review approach, analyzing various sources that address the impact of catcalling, the effectiveness of social campaigns, and the role of media in shaping public perception. The findings indicate that social media campaigns based on awareness and education have a significant impact on changing societal perceptions, reducing verbal harassment, and creating safer public spaces. In conclusion, to achieve sustainable social change, it is essential to engage communities in effective campaigns that educate about the dangers of catcalling.

Keywords: Catcalling, Verbal harassment, Social media campaigns, Public education

PENDAHULUAN
Pelecehan seksual kini bukan lagi istilah asing di masyarakat, dan siapa pun bisa menjadi korban. Berdasarkan Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2020, terdapat 29.911 kasus kekerasan seksual di Indonesia sepanjang tahun tersebut (Komnas Perempuan, 2021). Sebuah survei yang dilakukan pada 2019 mengenai pelecehan seksual di ruang publik menunjukkan bahwa 64% dari 38.755 perempuan dan 11% dari 28.403 laki-laki melaporkan mengalami pelecehan. Dari data ini, 60% menyatakan bahwa pelecehan yang mereka alami bersifat verbal, 24% mengalami sentuhan, dan 15% melalui visual seperti tatapan atau isyarat (Farisa, 2019). Pelecehan seksual verbal, yang paling umum dialami oleh masyarakat, sering terjadi di ruang publik di mana korban dan pelaku tidak memiliki hubungan dekat atau saling mengenal. Dalam konteks catcalling, terdapat interaksi yang melibatkan simbol-simbol yang merendahkan korban, seperti godaan atau gangguan melalui ucapan atau isyarat yang tidak diinginkan.

Pengalaman catcalling jelas bukanlah pengalaman yang positif bagi mereka yang mengalaminya. Sebagai bentuk pelecehan seksual, catcalling dapat menimbulkan dampak yang beragam, terutama trauma yang terus membekas pada korban, menciptakan ketidaknyamanan dan rasa terancam. Berdasarkan hasil mini riset yang kami lakukan melalui kuesioner dan diskusi kelompok, kelompok kami sebagai peneliti mengusulkan sebuah solusi yang diharapkan dapat memberikan dampak positif, yakni kampanye kesadaran melalui media sosial. Kampanye ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang dampak negatif catcalling serta pentingnya saling menghormati. Selain itu, kampanye ini juga dapat meningkatkan pemahaman publik mengenai pelecehan verbal, yang sering kali dianggap remeh oleh sebagian orang. Melalui penyebaran informasi yang jelas dan terstruktur, kampanye kesadaran ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa catcalling
adalah bentuk pelecehan seksual yang serius. Media sosial, dengan jangkauan yang luas dan kecepatan penyebaran informasi, memungkinkan kampanye ini untuk mencapai khalayak lebih banyak dalam waktu singkat, menciptakan budaya yang lebih peka terhadap pelecehan dan mendorong tindakan bersama untuk mendukung serta melindungi korban. Dengan demikian, kampanye kesadaran ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana edukasi, tetapi juga sebagai langkah menuju perubahan sosial yang lebih inklusif dan aman.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui survei dan diskusi kelompok. Peneliti menyebarkan kuesioner online menggunakan Google Form untuk mengumpulkan data dari masyarakat mengenai pengalaman mereka terkait catcalling dan persepsi mereka terhadap pelecehan verbal. Kuesioner ini dirancang untuk menggali informasi tentang jenis pelecehan yang dialami, frekuensinya, serta dampak psikologis yang dirasakan oleh korban. Selain itu, peneliti juga melakukan diskusi kelompok yang melibatkan sejumlah responden untuk mendalami pandangan mereka terkait pentingnya kampanye kesadaran terhadap catcalling dan cara-cara yang dapat diambil untuk
mengurangi kasus ini. Melalui analisis data kualitatif yang diperoleh, peneliti mengidentifikasi tren dan pola dalam respons masyarakat, yang kemudian digunakan untuk merancang kampanye kesadaran di media sosial sebagai solusi edukatif. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai isu catcalling dan merumuskan rekomendasi yang lebih tepat sasaran bagi perubahan sosial.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang melaporkan pengalaman catcalling adalah perempuan, yang sering kali menjadi sasaran komentar atau perilaku merendahkan dari orang asing di tempat umum seperti di jalanan, angkutan umum, atau ruang publik lainnya. Korban catcalling sering melaporkan perasaan terintimidasi, terganggu, bahkan merasa tidak aman setelah mengalaminya. Beberapa korban merasa terhina meskipun komentar tersebut terdengar tidak serius atau hanya sekadar candaan, dan banyak yang merasa harga diri mereka terganggu serta menjadi lebih cemas atau khawatir ketika berada di ruang publik. Hal ini mencerminkan dampak psikologis yang cukup serius meskipun banyak yang menganggap catcalling sebagai tindakan yang sepele. Dalam banyak kasus, korban sering kali merasa bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas situasi tersebut dan tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Bahkan, sebagian merasa terjebak dalam ketidakberdayaan karena takut akan ancaman fisik yang mungkin muncul jika mereka membalas atau melawan.

 

Catcalling sendiri sering dipandang sebagai bagian dari budaya patriarkal yang lebih luas, di mana perempuan dianggap sebagai objek seksual yang dapat diperlakukan tanpa rasa hormat. Tindakan ini tidak hanya merendahkan korban, tetapi juga memperkuat norma sosial yang mendukung ketidaksetaraan gender. Di sisi lain, reaksi terhadap catcalling bervariasi, mulai dari mengabaikan atau pergi, hingga memberikan respons verbal atau melawan pelaku. Namun, tidak jarang korban merasa tidak memiliki kekuatan untuk bereaksi atau takut akan potensi ancaman fisik dari pelaku, terutama di ruang publik yang ramai di mana mereka merasa lebih rentan. Dalam beberapa kasus, korban bahkan menginternalisasi perilaku tersebut sebagai hal yang normal dan tidak perlu mendapatkan perhatian lebih, karena ketidakpekaan masyarakat terhadap dampak psikologis dari catcalling.

Seiring dengan meningkatnya kesadaran terhadap isu ini, banyak korban mulai berbagi pengalaman mereka di media sosial, yang mendorong kampanye untuk melawan catcalling dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang batasan-batasan dalam berinteraksi. Kampanye ini semakin efektif karena media sosial memungkinkan penyebaran informasi yang lebih cepat dan luas, menjangkau lebih banyak orang dan memberikan dampak yang lebih besar. Media sosial juga menjadi platform yang memungkinkan korban untuk bersuara, memberikan dukungan kepada satu sama lain, serta menyebarkan kesadaran tentang pentingnya penghormatan terhadap hak dan martabat setiap individu. Melalui penyebaran informasi yang terbuka dan transparan, masyarakat diharapkan bisa lebih peka terhadap tindakan pelecehan verbal ini dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mencegahnya, serta menciptakan budaya yang lebih saling menghormati.

Kampanye ini juga berpotensi untuk mengubah pola pikir masyarakat secara bertahap, mulai dari yang menganggap catcalling sebagai hal yang biasa menjadi lebih sadar akan dampak psikologisnya yang besar bagi korban. Dengan edukasi yang lebih intensif dan keterlibatan masyarakat yang lebih aktif, diharapkan tindakan-tindakan pelecehan verbal ini dapat diminimalkan. Ini bukan hanya soal menanggapi atau melawan perilaku catcalling, tetapi juga menciptakan ruang publik yang lebih aman dan penuh rasa hormat bagi semua individu. Oleh karena itu, penting untuk terus melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk komunitas-komunitas yang lebih luas, dalam mendukung kampanye anti-catcalling ini.

SIMPULAN
Catcalling adalah bentuk pelecehan verbal yang sering kali diabaikan oleh sebagian masyarakat, meskipun dampak psikologisnya sangat serius bagi korban. Pengalaman terintimidasi, terganggu, tidak aman, bahkan terhina, menjadi efek yang umum dirasakan oleh korban, meskipun banyak yang menganggapnya
sebagai perilaku yang sepele. Reaksi terhadap catcalling pun bervariasi, namun banyak korban merasa tidak memiliki kontrol atas situasi tersebut dan takut akan potensi ancaman fisik jika mereka melawan. Budaya patriarkal yang menganggap perempuan sebagai objek seksual juga memperburuk masalah ini. Namun, dengan adanya kampanye di media sosial yang mengedukasi masyarakat tentang dampak negatif catcalling, pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghormati martabat individu semakin meningkat. Media sosial memungkinkan penyebaran informasi yang lebih cepat dan luas, serta memberikan ruang bagi korban untuk berbagi pengalaman dan memberi dukungan. Kampanye ini berpotensi untuk mengubah pola pikir masyarakat dan menciptakan ruang publik yang lebih aman dan penuh rasa hormat, sehingga dapat meminimalkan tindakan pelecehan verbal seperti catcalling.

UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih atas perhatian dan kesempatan yang telah diberikan dalam penulisan artikel ini. Semoga informasi dan pembahasan yang disampaikan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Detikedu. (2022). Pengertian Google Form dan 5 Manfaatnya untuk Dunia Pendidikan. Jakarta.

Hardiman, F. M., & Saefudin, Y. (2023). Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Pelecehan Seksual Secara Verbal Terhadap Perempuan Di Muka Umum. Amerta Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 3(1), 33- 40.

Murakaba, M., & Rafi’ie, M. (2023). TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERBUATAN CATCALLING
(PELECEHAN SEKSUAL SECARA VERBAL): BERDASARKAN UU NO. 12 TAHUN 2022 TENTANG
TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL DI INDONESIA. Justicia Journal, 12(2), 223-239.

Qila, S. Z., Rahmadina, R. N., & Azizah, F. (2021). Catcalling sebagai bentuk pelecehan seksual traumatis. Jurnal Mahasiswa Komunikasi Cantrik, 1(2).

Quipper Blog. (2021). Google Form: Manfaat, Kelebihan dan Cara Penggunaan. Jakarta.

Ditulis oleh: ada
Fadjarya Afifah¹, Mawar Eliana Hutasoit², Monika Putri Ana Samosir³, Nadine Suci Ramadani⁴, Shella Friska Br Sinuhaji⁵

(1) Pendidikan masyarakat, Uiversitas Negeri Medan

banner 1000x130
banner 2500x130 banner 1000x130
banner 1000x130 banner 2500x130