Oleh: Amanda Fisabella Musakina
Manusia adalah mahluk yang selalu terus bertumbuh, pertumbuhan tersebut juga berpengaruh kepada limbah yang dihasilkan.
Menurut Portal Informasi Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di tahun 2020 produksi sampah mencapai angka sebesar 67,8 juta ton. Artinya, ada sekitar 185.753 ton sampah setiap harinya dihasilkan oleh 270 juta penduduk. Dengan kata lain setiap penduduk memproduksi sekitar 0,68 kilogram sampah per hari.
Hal tersebut tentunya menjadi ancaman yang serius untuk keberlangsungan lingkungan kedepannya, mengingat banyaknya pencemaran yang diakibatkan oleh limbah sampah yang menggunung (Setiawan, 2021). Oleh karena itu setiap indivdu harus tau cara untuk mengelola limbah mereka sendiri. Salah satu konsep yang mudah dan praktis untuk diterapkan adalah Zero waste.
Zero Waste adalah strategi yang diterapkan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya, dengan cara mengurangi limbah dan mendaur ulang atau bahkan memanfaatkan barang-barang yang masih bisa digunakan sehingga tidak menjadikannya limbah sampah. (Lado, 2024) Konsep Zero Waste sendiri sering dikaitkan dengan 3R. Reduce, yang berartikan mengurangi untuk membeli atau menggunakan barang yang nantinya akan menghasilkan sampah.
Reuse, yaitu menggunakan kembali barang yang masih bisa digunakan sehingga tidak menghasilkan sampah. Lalu yang terakhir Recycle, adalah kegiatan mendaur ulang limbah yang sudah tidak terpakai menjadi bahan baru. Selain 3R, ada juga prinsip lain seperti Refuse, yaitu menghindari penggunaan produk yang berpotensi menjadi sampah. Rot, yaitu pembusukan sampah organik menjadi kompos.
Dengan menerapkan konsep tersebut, individu akan mendapatkan banyak manfaat yang menguntungkan.
Pertama, yaitu dalam aspek Kesehatan. Sampah yang tidak terurai dengan baik dapat menyebabkan berbagai pencemaran yang dapat mengganggu Kesehatan, pencemaran ini meliputi pencemaran udara, air, dan tanah.
Dengan menerapkan konsep Zero Waste, kita dapat meminimalisir sampah kemasan sekali pakai yang dapat menyebabkan limbah, seperti kemasan makanan instan dan mulai beralih ke makanan yang tidak berkemasan seperti sayur, buah-buahan, daging, dan lain sebagainya.
Kedua, Secara finansial akan sangat mengutungkan. Dalam penerapan daur ulang, barang yang awalnya dianggap tidak layak pakai dapat diolah menjadi barang siap pakai dan dapat memiliki nilai ekonomis.
Sebagai contoh limbah kulit pisang yang dianggap tidak dapat dimakan dan biasanya akan dibuang, melalui penelitian ternyata dapat di ubah menjadi kerupuk yang dapat dijual dengan nilai jual yang tinggi. (Seliawati et al., 2020)
Ketiga, yaitu menambah kreativitas setiap individu yang menerapkan. Dalam penerapan konsep Zero Waste, setiap indivdu dipaksa untuk berfikir mengenai bagaimana mereka akan mendaur ulang limbah yang merek hasilkan.
Sebagai contoh limbah kulit pisang tidak hanya dapat dibuat kerupuk namun melalui proyek kelompok KPD 9 PDB 102, ternyata limbah tersebut bisa menjadi brownies yang bergizi tinggi. Jika hal ini diterapkan oleh setiap indivdu entah berapa banyak produk bernilai jual tinggi yang bisa dihasilkan Indonesia.
Kesimpulannya, melalui penerapan konsep Zero Waste, setiap individu akan merasakan manfaatnya secara langsung maupun jangka Panjang.
Dengan mengurangi produksi limbah, kita turut berkontribusi dalam menjaga keberlangsungan lingkungan hidup yang lebih sehat dan bersih.
Selain itu, penerapan konsep ini juga mendorong terciptanya inovasi dan peluang ekonomi baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Penulis Opini ini mahasiswa FISIP/Sosiologi Universitas Airlangga