oleh Isaac Chiu
Director General of Taipei Economic and Trade Office in Surabaya World Health Assembly (WHA) ke-78 akan diadakan di bawah naungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss pada tanggal 19-27 Mei akan menjadi
acara yang sangat penting bagi setiap penghuni Global Village.
Para pemangku kepentingan akan berkumpul dalam acara yang luar biasa ini untuk berdiskusi dan menyimpulkan rencana aksi terkait isu-isu kesehatan global serta mengoordinasikan semua upaya internasional untuk mencegah, mempersiapkan, dan melawan wabah pandemi di masa depan.
Semua negara tersebut merupakan bagian penting untuk keamanan kesehatan global
dan manajemen bencana. COVID-19 telah ditetapkan sebagai keadaan darurat publik global oleh WHO dua tahun lalu.
Pertanyaannya adalah apakah Desa Global
siap menghadapi krisis kesehatan masyarakat berikutnya. Setiap negara telah mengambil pelajaran dari situasi COVID-19 di berbagai tingkatan, baik dari segi kesehatan maupun administrasi, dan ini tidak berbeda dengan Indonesia dan Taiwan.
Hak kesehatan haruslah inklusif bagi setiap individu yang hidup di planet kita, dan jelas seperti yang ditetapkan oleh WHO sebagai fondasi utama. Taiwan dan 23 juta penduduknya masih memiliki kesenjangan geografis dan manusia dalam menghadapi tantangan keamanan kesehatan global.
Pandemi di masa depan tidak mungkin bisa dibatasi di dalam suatu negara, sehingga upaya bersama oleh semua anggota tidak boleh hilang karena adanya celah bagi pandemi untuk menyebar.
Dibutuhkan kerja sama tim untuk memerangi pandemi global karena aksesibilitas dan jangkauan di antara semua orang di Desa Global. Taiwan adalah mitra yang dapat diandalkan dalam sistem pencegahan epidemi internasional.
Taiwan dikecualikan dari jaringan “global” WHO karena pertimbangan politik yang tidak masuk akal. China terus menyalahgunakan Resolusi Majelis Umum PBB 2758 dan apa yang disebut “Prinsip Satu China” untuk menghalangi Taiwan berpartisipasi dalam PBB dan badan-badan khusus, termasuk WHO.
Mari kita perjelas: Resolusi 2758 hanya berkaitan dengan representasi Republik
Rakyat China di PBB. Resolusi ini tidak menghalangi partisipasi Taiwan yang terpisah dan sah dalam forum internasional. Taiwan mengelola perbatasannya sendiri, menerbitkan paspor dan visa sendiri, dan beroperasi secara independen.
Taiwan adalah anggota yang bertanggung jawab dalam komunitas kesehatan
internasional. WHO secara definitif dapat membangun kerangka kerja kesehatan global yang lebih komprehensif dengan partisipasi dan kontribusi Taiwan. Saatnya membangun kerangka kerja kesehatan global yang lebih komprehensif.
Semua negara harus memanfaatkan pengalaman pandemi COVID-19 untuk
mengembangkan kerangka kerja kolaborasi global yang lebih koheren dan kohesif.
Itulah mengapa Desa Global membutuhkan Perjanjian Pandemi WHO. Penyakit tidak pernah diskriminatif; komunitas internasional harus memiliki sikap yang sama dalam menangani masalah kesehatan global.
Oleh karena itu, Perjanjian Pandemi WHO tidak memiliki alasan untuk mengecualikan Taiwan.
Taiwan bertekad untuk mendorong komitmennya terhadap cakupan kesehatan
universal dan hak perawatan kesehatan untuk semua.
Taiwan bekerja keras untuk mencapai tujuan ini dan setiap tahun mendapat peringkat pertama di seluruh dunia untuk Indeks Perawatan Kesehatan dari NUMBEO sejak tahun 2018. Kaoshiung dinominasikan sebagai kota nomor satu dengan layanan kesehatan terbaik di dunia tahun ini.
Sistem Asuransi Kesehatan Nasional (NHI) berkualitas tinggi yang didirikan pada tahun 1995 telah menjangkau komunitas Indonesia di Taiwan, menjaga kesejahteraan lebih dari 350.000 orang.
Taiwan sangat menghargai kemitraan dan persahabatan dengan Indonesia. Terlepas
dari pekerja migran, pelajar, pengusaha dan pasangan asing, semua anggota masyarakat Indonesia yang tinggal di Taiwan adalah teman dekat dan kerabat masyarakat Taiwan. Oleh karena itu, Rumah Sakit Universitas Nasional Taiwan yang terkemuka dan yang lainnya ditugaskan oleh Pemerintah Taiwan untuk bekerja sama dengan lembaga kesehatan Indonesia untuk tujuan kesehatan bersama.
“Taiwan Dapat Membantu” lebih dari sekedar motto dan tidak diragukan lagi merupakan kisah yang baik untuk ditampilkan.
Pengecualian Taiwan dari WHO dan WHA menunjukkan ketidakadilan dan diskriminasi internasional dari aspek politik.
Taiwan mendesak WHO untuk menjunjung tinggi profesionalisme dan netralitas, menolak campur tangan politik dan mengundang Taiwan untuk menjadi bagian dari mereka. Taiwan mengharapkan pengertian dan bantuan Indonesia untuk mendukung upaya Taiwan bergabung dengan WHO/WHA dan Perjanjian Pandemi.
Taiwan ingin memajukan perawatan kesehatan dunia bersama dengan semua rekan-rekannya, termasuk Indonesia, untuk mewujudkan Desa Global menjadi tempat yang lebih baik untuk hidup. (Red,)