banner 1000x130 **************************************** banner 1000x130
Budaya  

Membangun Ekosistem Seni yang Sehat di Surabaya

banner 2500x130 banner 2500x130 banner 1000x130

Surabaya |Nusantara Jaya News – Sebagai kota metropolitan yang semakin industrialis yang ditandai oleh dinamika budaya yang semakin tinggi, ekosistem seni di Kota Pahlawan ini masih menghadapi berbagai tantangan.

Oleh sebab itu, perlu ada upaya sistematis untuk memperkuat fondasinya agar seni dapat berkembang secara berkelanjutan.

banner 300x250

Harus diakui bahwa ruang ekspresi dan infrastruktur seni masih tergolong minim di kota ini.

Beberapa ruang seni seperti Gedung Cak Durasim, galeri seni House of Sampoerna dan Balai Pemuda memang telah dimiliki kota ini, tetapi akses terhadap fasilitas ini seringkali terbatas.

Banyak seniman muda masih kesulitan mendapatkan tempat untuk pameran, pertunjukan atau diskusi karena biaya sewa yang tinggi atau prosedur birokrasi yang rumit.

Untung saja ada Galeri DKS dan Galeri Merah Putih yang kebetulan berada di lingkungan Kompleks Balai Pemuda Surabaya, sehingga para pelukis bisa berpameran di tempat itu dengan biaya yang sangat terjangkau. Bahkan Galeri Merah Putih telah memprogram kegiatan pameran lukisan selama satu tahun. Di luar Balai Pemuda, juga masih ada Galeri Prabangkara di Taman Budaya Jawa Timur di Surabaya.

Kurangnya dukungan pendanaan dari pemerintah, juga menyebabkan sebagian besar seniman masih bergantung pada pendanaan mandiri atau sponsor yang tidak konsisten. Lembaga kesenian belum dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Apalagi terdengar kabar, sekarang ini dana pemerintah kota untuk kesenian hanya dapat disalurkan kepada lembaga yang telah memiliki SK Walikota.

Pertanyaannya, bagaimana kemudian sanggar-sanggar seni yang menjadi salah satu mata rantai dari ekosistem seni ini hidup?

*Membangun Ekosistem Seni yang Sehat*

Membangun ekosistem kesenian yang sehat harus dilakukan secara bersama-sama. Di dalam ekosistem itu, tidak hanya seniman, galeri atau gedung pertunjukan, penikmat/penonton/pembeli termasuk kolektor, tetapi juga harus ada pemerintah sebagai regulator sekaligus fasilitator. Jika satu aja tidak ada dalam ekosistem itu, maka akan menjadi pincang.

Pemerintah kota, sebagai fasilitator, perlu memperbanyak ruang seni yang terjangkau dan mudah diakses. Program pendanaan yang transparan dan kompetitif harus diperluas, misalnya melalui hibah seni atau kemitraan dengan sektor swasta.

Penguatan komunitas dan kolaborasi perlu didorong untuk membuat lebih banyak program inkubasi seniman muda. Kolaborasi dengan kampus juga dapat memperkuat riset dan inovasi dalam seni.

Galeri komersial dan platform digital harus lebih aktif mempromosikan seniman lokal. Pameran reguler seperti festival seni dan sejenisnya bisa menjadi ajang untuk mengenalkan karya kepada kolektor dan masyarakat luas.

Edukasi dan apresiasi seni seperti kampanye seni melalui media sosial, workshop di sekolah atau program seni publik (seperti mural atau pertunjukan jalanan) pada dasarnya dapat meningkatkan minat masyarakat. Keterlibatan seniman dalam acara-acara kota, seperti Hari Jadi Surabaya dan perayaan lainnya juga penting untuk memperkenalkan seni sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Tema inilah yang akan diangkat oleh Forum Pegiat Kesenian Surabaya (FPKS) dalam program Juli 2025.
Bagi FPKS, membangun ekosistem seni yang sehat di Surabaya memerlukan komitmen jangka panjang dari semua pemangku kepentingan.

Dengan memperbaiki infrastruktur, pendanaan, jejaring dan apresiasi masyarakat, Surabaya dapat menjadi kota yang tidak hanya maju secara ekonomi, melainkan juga kaya akan ekspresi budaya.

Seni bukan hanya hiburan, melainkan investasi bagi identitas dan masa depan kota.

Dengan langkah-langkah strategis ini, Surabaya berpotensi menjadi pusat seni yang dinamis, sejajar dengan kota-kota kreatif lainnya di Indonesia dan bahkan dunia.

Program FPKS akan berlangsung pada 21 Juli 2025, pukul 19.00, di Galeri DKS. Menampilkan dua genre seni; musik dan puisi dari beberapa komunitas seni (Jawiswara – Unesa, Gapus – Unair, SSS, POSS, Saung Indonesia, Sanggar Anak Merdeka Indonesia, dan Surabaya Music Time) di kota ini, dengan tetap mengusung penampilan lintas generasi serta semangat Budaya Arek, yakni terbuka dan gotong-royong atau dalam bahasa Suroboyo disebut rewang. Sementara Orasi Budaya akan diisi oleh Arif Afandi, mantan Wakil Walikota Surabaya yang akan mengangkat tema Membangun Ekosistem Kesenian yang Sehat Di Kota Surabaya.

Kami membuka donasi bagi siapapun yang peduli dan ingin berpartisipasi agar kegiatan yang direncanakan berjalan selama 12 bulan dapat terealisasi. (red)

banner 1000x130
https://nusantarajayanews.id/wp-content/uploads/2025/05/IMG-20250528-WA0005-e1748427094351.jpg
banner 1000x130 banner 2500x130