Surabaya | Nusantara Jaya News – Sejumlah nelayan dan petani tambak keputih melakukan aksi protes menolak proyek reklamasi yang dianggap merugikan mata pencaharian mereka di Tambak Keputih, Kota Surabaya.
Dengan membawa spanduk yang bertuliskan “Lawan Reklamasi atau Mati” dan “Reklamasi Proyek Sengsarakan Nelayan #Tolak”. Mereka pun mendesak Pemerintah Kota (Pemkot) untuk segera menghentikan proyek yang dinilai hanya akan memperparah kondisi sosial dan ekonomi nelayan tambak setempat.
Aksi ini digelar ditengah panas terik ini diwarnai dengan orasi dan tuntutan tegas kepada pihak berwenang untuk mendengarkan aspirasi masyarakat petani tambak.
Ketua LPMK Keputih Kota Surabaya Indi menyatakan bahwa warga setempat khusus petani tambak keputih menolak proyek reklamasi yang diusulkan di wilayah mereka.
“Reklamasi tersebut tidak memberikan manfaat bagi masyarakat lokal, khususnya bagi ratusan petani tambak keputih yang bergantung pada air laut untuk menghidupi tambak mereka,” ujarnya seusai orasi aksi langsung ditemui awak media di Pasar Wisata Harmoni Keputih, hari Selasa (3/9/2024).
Indi mengungkapkan bahwa proyek reklamasi ini justru mengancam mata pencaharian mereka, karena pulau yang dibangun akan menghalangi aliran air laut yang sangat dibutuhkan tambak – tambak tersebut.
“Kami sangat kecewa terhadap pemerintah baik Pemkot maupun legislatif, yang seolah-olah lebih mendukung kepentingan oligarki daripada kesejahteraan rakyat sendiri,” ungkap Indi.
Indi menekankan bahwa kebijakan pemerintah seharusnya berpihak pada masyarakat, khususnya masyarakat lokal yang berdampak secara langsung oleh proyek reklamasi.
“Janji pemerintah untuk mengganti pekerjaan petani tambak dengan pekerjaan baru yang dianggapnya tidak masuk akal, karena mengubah profesi mereka tidak semudah itu,” tutur Ketua LPMK Keputih Kota Surabaya.
“Ini tidak ada pro maupun kontra. Dalam hal ini seluruh warga setempat sepakat menolak proyek reklamasi tersebut,” ucapnya.
Sejalan, Ketua RW 06 Keputih yang juga seorang petani Tambak, Mugiyanto menyampaikan bahwa kami sangat prihatin akibat abrasi pantai dan aktivitas perusahaan besar di sekitar pantai. Menurutnya, dalam lima tahun terakhir, tambak-tambak di wilayah tersebut mengalami kerusakan yang cukup parah.
“Masalah utama adalah ombak secara langsung menghantam pematang tambak, mengakibatkan kerusakan yang signifikan. Bahkan, banyak kerang yang mati dan menumpuk hingga menyerupai gunung,” imbuhnya.
Mugiyanto menyoroti minimnya perhatian dari pemerintah kota dan kurang kepedulian dari petani tambak itu sendiri.
“Pemerintah sebenarnya tahu kondisi ini, tetapi tampaknya mereka tidak tegas dalam tindakan ini. Habitat udang dan kepiting yang biasanya hidup di hutan bakau, kini rusak parah dan ini jelas berdampak pada kesejahteraan para petani,” imbuh dia.
Waktu itu warga sudah menanyakan terkait masalah ini ke pihak legislatif, Mugiyanto menyampaikan bahwa keluhan ini telah disampaikan saat reses DPRD baik kota maupun provinsi namun belum ada tindakan nyata yang diambil.
“Saya sudah sering menyampaikan hal tersebut kepada anggota dewan, tapi sepertinya belum ada kelanjutan yang berati atau tindakan serius,” katanya.
Ian pun berharap adanya tindakan yang lebih serius dari pemerintah kota untuk mengatasi kerusakan ini, agar kesejahteraan petani tambak keputih dapat terjaga.