Surabaya |Nusantara Jaya News – Kejahatan jalanan kembali menyasar korban yang paling lemah. Seorang bocah di kawasan Panduk, Surabaya, menjadi korban penjambretan saat sedang asyik bermain game di pinggir jalan. Dua pria dewasa yang mengendarai sepeda motor tiba-tiba merampas handphone sang bocah dan langsung kabur.
Kapolsek Tenggilis Mejoyo, AKP Yunizar Maulana Muda, S.I.K., M.H., mengungkapkan bahwa peristiwa ini menjadi pintu masuk terbongkarnya aksi kriminal berulang yang dilakukan dua tersangka, M Yunus dan Purwanto. Keduanya merupakan warga Sidosermo dan Panjang Jiwo, Surabaya.
“Hasil penyelidikan Tim Anti Bandit kami menunjukkan bahwa kedua tersangka sudah melakukan aksi serupa di lima lokasi berbeda,” ujar AKP Yunizar. Lokasi yang dimaksud antara lain kawasan Semolowaru, Semampir, Ngagel, dan lingkungan Brimob Nginden. Target mereka pun selalu sama: anak-anak kecil yang sedang duduk di gang atau trotoar, sibuk memainkan HP tanpa waspada. (21/5)
Modus operandi keduanya terbilang terencana. Satu pelaku berperan sebagai joki yang mengendarai motor, sementara satunya lagi bertugas sebagai eksekutor yang merampas barang dari korban. Setelah berhasil menjambret, mereka menjual HP hasil kejahatan kepada penadah dengan harga sekitar Rp 500 ribu per unit.
Mirisnya, uang hasil kejahatan tersebut digunakan untuk membeli makanan dan minuman keras. Dalam pemeriksaan, M Yunus mengaku mereka memilih anak-anak karena tahu tak akan mendapat perlawanan. “Karena bocah itu nggak bisa lawan,” katanya sambil menunduk.
Namun kini, keduanya juga tak bisa melawan hukum. Polisi telah menahan mereka dan menjerat dengan pasal pencurian dengan kekerasan, yang dapat mengancam keduanya dengan hukuman penjara di atas lima tahun.
AKP Yunizar juga mengimbau masyarakat, khususnya para orang tua, untuk lebih waspada dan tidak membiarkan anak-anak bermain HP di luar rumah tanpa pengawasan. “Mereka sedang diincar. Tolong bagikan informasi ini ke keluarga dan grup RT agar lebih waspada,” pesannya tegas.
Aksi cepat Tim Anti Bandit Polsek Tenggilis Mejoyo ini diapresiasi warga dan menjadi pengingat keras bahwa kejahatan bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja — bahkan kepada anak yang sedang bermain dengan polosnya. (Red)